Kamis, 17 Juni 2010

Warna Cat Iman

Seorang pria yang sedang duduk termenung sambil memandangi pagar halaman rumahnya, sedang berpikir untuk membuat agar pagar halamannya tidak kelihatan kusam dan kotor. Setelah menyiapkan segala sesuatunya ia mulai memoles pagar halaman rumahnya, dipolesnya dengan warna putih.

Setelah selesai ia memandangi hasil pekerjaannya, ia begitu menyukai warna pagar halaman tersebut, putih bersih dan memberi kesan sejuk serta bersinar. Namun hanya beberapa hari kemudian ketika ia keluar dari dalam rumahnya, ia sangat terkejut. Pagar halamannya dipenuhi oleh noda-noda hitam yang berasal dari kotoran burung-burung.

Kembali ia berpikir dan mencari cara agar pagar halamannya tidak terpengaruh oleh noda-noda atau kotoran. Setelah mempersiapkan segala sesuatu, maka ia mulai lagi mewarnai pagar halamannya dengan warna yang baru; diwarnainya dengan warna hitam.

Setelah selesai, ia memandangi hasil pekerjaannya dan berkata di dalam hatinya: “Sebanyak apapun kotoran burung-burung atau noda yang menempel pastilah tidak akan kelihatan lagi”.

Namun hanya beberapa hari kemudian, ia kembali terkejut ketika melihat pagar halamannya. Pagar halamannya tidak lagi berwarna hitam, seekor kerbau yang penuh dengan lumpur menggosok-gosokkan badannya pada pagar halaman tersebut dan sinar matahari menjadikan lumpur tersebut kering sehingga menjadi berwarna putih.

Kadang kala sebagai orang percaya Anda berpikir, dengan iman yang sekarang, ahh... betapa indahnya; penuh dengan semangat, keceriaan sukacita menyala-nyala, serasa Allah sangat dekat sekali. Tanpa ada usaha untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian-ujian yang harus dilewati. Sehingga saat ujian-ujian atau pencobaan yang datang dan menghantam iman, mengakibatkan kerusakan yang dahsyat. Kembali jatuh, kembali jatuh dan seterusnya jatuh.

Kemudian berpikir: “Saya harus begini atau begitu agar tidak jatuh dalam pencobaan”. Sering sekali berusaha mengubah “warna cat iman” agar dapat menghindar dari ujian, lari dari ujian. Yach... berusaha lari dari ujian bukan berusaha mengadapinya dan bertahan untuk menang.

Tanpa sadar, sering berusaha memecahkan permasalahan iman dengan logika dan rasio, mengandalkan kekuatan sendiri, mengandalkan hikmat sendiri, dan mengandalkan pengertian sendiri. Allah tidak dilibatkan didalamnya, sehingga untuk setiap pencobaan/ujian yang datang selalu mengalami kekalahan dan kemudian berusaha mengubah “warna cat iman“ , agar orang melihat warna yang indah dari iman tersebut tetapi merupakan warna yang semu.

Banyak waktu yang dipakai hanya untuk mengubah “warna cat iman”, hari-hari berlalu tanpa adanya penyerahan diri yang penuh kepada Allah sehingga, kekecewaan, kegagalanlah yang menjadi bagian akhir dari hidup ini.

Tidak ada komentar: