Senin, 19 November 2007

IMAN YANG BESAR MENDATANGKAN MUJIZAT YANG BESAR

Version:1.0 StartHTML:0000000202 EndHTML:0000231572 StartFragment:0000003913 EndFragment:0000231532 SourceURL:file:///Y:/tmp/ktrion/IMAN%20YANG%20BESAR%20MENDATANGKAN%20MUJIZAT%20YANG%20BESAR.doc

IMAN YANG BESAR MENDATANGKAN MUJIZAT YANG BESAR

BAB I

DILEMA IMAN

Pengkhotbah yang berumur sembilan belas tahun itu tertunduk di sebuah batu dibelakang sebuah gereja desa yang kecil. Ia sangat tidak ingin dikenali oleh jemaat yang memasuki pintu depan ia sangat gelisah,” Allah, berikanlah saya iman. Saya berusaha keras untuk percaya. Bagaimana agar aku memiliki iman seperti murid-muridMu yang pertama?” Ia mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih, memohon pembelaan Tuhan. Pengkhotbah muda itu adalah saya. Betapa inginnya saya untuk mengalami kuasa Allah ketika saya membaca Kisah Para Rasul. Pelayanan kesembuhan Yesus benar-benar membangkitkan minat saya. Saya ingin melihat mujizat, tetapi saya tahu dari Kitab Suci bahwa saya memerlukan iman. Tanpa iman tidak mungkin menyenangkan Allah, dan saya yakin bahwa saya ingin hidup saya menyenangkan hati Allah. Banyak orang merasa mereka memiliki iman, tetapi tidak cukup. Meskipun mereka berusaha untuk menghasilkan iman, mereka menemukan diri mereka sendiri tidak berdaya. Yang lain mengalami penderitaan yang dalam karena mereka merasa kekurangan iman, terutama mereka yang sakit dan membutuhkan, yang merasa bahwa mujizat tidak terjadi pada mereka karena mereka kekurangan iman. Itulah sebabnya saya mengundang anda untuk bergabung dalam penemuan ini. Kita akan melihat dua orang, hanya dua, yang dikatakan oleh Yesus bahwa mereka memiliki bukan hanya iman biasa, tetapi.”iman yang luar biasa.” Pada saat anda selesai membaca halaman demi halaman buku ini anda akan bersukacita karena anda akan tahu bahwa anda juga dapat menikmati “iman yang luar biasa” ini.

Jika anda telah menerima Yesus sebagai Juru selamat anda. Anda akan melihat bahwa anda telah memiliki iman. Allah telah membagikan iman yang cukup bagi setiap orang (Roma 1 :3 ). Sama seperti mobil yang harus memiliki mesin untuk menjadi sebuah mobil, seorang yang percaya harus memiliki iman. Pada saat kita merespon Kasih Allah melalui Yesus, Ia membagikan iman pada kita, anda akan menemukan bagaimana iman yang telah anda miliki akan meningkat dan bertumbuh dengan subur; akan dibuat mudah, Iman yang luar biasa ini tidak akan tergantung pada performa anda, tetapi tertutup rapat dalam Kristus. Sekali anda mengalami iman seperti ini, sebuah dunia baru yang penuh kemungkinan akan terbuka bagi anda.

Salah satu dari dua orang yang dikatakan oleh Yesus memiliki iman yang luar biasa adalah seorang ibu yang memohon untuk anaknya, dan yang lainnya adalah seorang perwira Roma yang mencari pertolongan bagi hambanya yang sakit lumpuh. Siapa kedua orang ini? Apa yang menjadi rahasianya? Apa itu “iman yang luara biasa”? Bagaimana kita dapat menikmati iman seperti ini sekarang?

Iman adalah kunci dari semua yang telah Tuhan janjikan kepada kita. Yesus menyatakan bahwa bahkan iman sekecil biji sesawi, sudah cukup untuk mengatakan kepada gunung ketidakmungkinan bahwa itu akan dipindahkan. Sebagai konsekwensinya. untuk menikmati “iman yang luar biasa” adalah kunci untuk berkat Allah yang tidak terbatas. Kita pasti ingin tahu apa “iman yang luar biasa“ itu, tetapi yang lebih penting, bagaimana kita mendapatkannya.

Jawabannya mungkin mengejutkan anda. Faktanya, kedua orang yang dianggap Yesus memiliki iman yang luar biasa itu kelihatannya tidak tahu bahwa mereka memiliki iman yang luar biasa. Yang menarik, mereka kelihatannya tidak menyadari bahwa mereka memiliki iman. Dan tidak seorangpun dari mereka perhatian kepada pencapaian iman. Tetapi, Yesus berkata mereka memilikinya.

BERJUANG UNTUK IMAN.

Bagi beberapa orang, masalah iman mengandung dilema. Pada satu sisi, ALLAH adalah Sumber dari segalanya. Segala yang kita butuhkan sudah disediakan oleh Allah. Jika kita menginginkan kesembuhan, sukacita, kemakmuran, berkat atau mujizat, Allah memiliki semua ini untuk kita dan Alkitab memberikan banyak janji-janji tentang keinginan Allah untuk memberi.Yesus berkata, ”Mintalah dan kamu akan menerimanya.” Yakobus menulis, ”Kamu tidak punya karena kamu tidak meminta.” Yesus menyatakan bahwa keinginan Allah untuk memberi jauh melebihi orang tua yang ingin memberi hal-hal yang baik untuk anak-anaknya. “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di Surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya.”( Lukas 11 : 13 ).

Jika Allah ingin memberi kepada kita, kemudian mengapa tidak semua orang menerimanya? Ini adalah pertanyaan yang sah. Anda mungkin pernah mendengar pernyataan ini, “Bukan Allah masalahnya; tetapi kita.” Mari kita menguji pernyataan ini sejenak. Pertama, Allah tidak pernah berubah. Kemarin, hari ini, dan selama-lamanya. Yesus tetap sama. Ketika kita mendengar pelayanan Yesus, Ia tidak pernah menolak untuk menyembuhkan atau memberkati setiap orang yang meminta-Nya. Yesus tidak pernah menjadi masalahnya.

Apakah kita seringkali menjadi masalahnya? Ya, tidak diragukan lagi. Satu-satunya alasan mengapa seseorang tidak menerima mujizat dari Yesus adalah ketidakpercayaan mereka sendiri, sebagaimana halnya penduduk kota kelahiran Yesus Nazareth. Yesus menyatakan ketidakpercayaan mereka dan Ia tidak dapat melakukan satu mujizatpun disana. Yesus bukanlah masalahnya; tetapi orang-orang dari Nazareth itu sendiri. Tetapi, bagaimana kita menjadi masalah, karena semua yang kita inginkan akan diterima dari Allah, dan Dia sendiri ingin memberikannya pada kita? Kita harus berhati-hati pada pernyataan ini, “Bukan Allah masalahnya, tetapi kita.” tidak mengarah kepada menyalahkan dan mengutuki diri sendiri yang bukan berasal dari Allah Yesus sendiri dengan jelas menyatakan bahwa Ia datang bukan untuk menghukum manusia ( Yohanes 3 : 17 ). Kita mungkin salah menduga bahwa kita harus melihat kedalam diri kita sendiri untuk melihat apa yang menghalangi iman mungkin ada dalam diri kita. Instropeksi tidak akan membuahkan hasil positip atau mujizat dalam hidup kita. Saya mengingatkan anda bahwa melihat ke dalam hanya akan menuju kepada kekecewaan dan rasa tidak aman, mujizat yang benar hanya ditemukan di dalam Yesus Kristus. Masalah orang-orang Nazareth adalah mereka mengenali-Nya, siapa Dia sesungguhnya, mereka pasti sudah menerima mujizat yang sama sebagaimana yang dialami oleh penduduk kota lain.

Seringkali orang bertanya,”Mengapa saya tidak memiliki berkat Allah, khususnya ketika Ia ingin memberikannya padaku. Banyak orang mengira bahwa masalahnya adalah mereka kekurangan iman, mempertanyakan bagaimana mereka dapat iman lebih untuk bisa mengakses janji-janji yang mereka dengar Allah telah sediakan. Ide tentang iman yang kurang ini ditekankan oleh orang-orang yang mengatakan kapada anda, ”Ya, anda membutuhkan iman yang lebih luar biasa.” Seringkali perjuangan untuk hal yang sulit dimengerti karena yang disebut iman ini kelihatannya tidak ada akhirnya. Orang-orang mempelajari prinsip-prinsip iman; membaca dan menyaksikan Firman Allah, memvisualisasikan janji-janji Allah, mengusir setan, dan lain sebagainya. Ketika jawaban doa masih belum didapatkan, dikatakan pada mereka berulang kali, ”Anda memerlukan iman yang lebih luar biasa,” dan kemudian perjuangan mereka ditingkatkan. Beberapa orang berusaha dengan begitu keras untuk mengontrol apa yang mereka bicarakan sehingga tidak mengeluarkan kata-kata negatif. Yang lainnya meletakkan ayat-ayat pada tempat-tempat yang kelihatan di rumah maupun mobil untuk selalu mengingatkan mereka apa yang dikatakan oleh Allah. Hal ini baik dan penting. Saya juga ayat-ayat dan pernyataan Yesus dihadapan saya. Tetapi sedihnya, beberapa orang melakukan semua hal yang dapat mereka pikirkan, tetapi masih saja tidak ada satupun yang terjadi. Iman kelihatannya menjadi sebuah enigma atau misteri. “Bagaimana saya dapat membuat iman bekerja dalam hidup saya?” menjadi sebuah pertanyaan yang menyebalkan.

Jika anda memperhatikan kata-kata Yesus, anda akan melihat betapa pentingnya iman itu. Yesus marah kepada murid-murid-Nya karena kurangnya iman mereka. Kata-kata-Nya adalah,” Ah, kalian orang yang tidak percaya,” atau, ”Mengapa kalian tidak menaruh iman?” sebenarnya, satu-satunya kesempatan anda melihat Yesus sedikit kesal adalah ketika Ia melihat kurangnya iman murid-murid-Nya. Begitu banyak alasan bagi kita untuk mencapai iman, karena kita pasti tidak ingin mengecewakan Yesus.

Dalam surat Ibrani berkata,”Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”( Ibrani 11 : 6 ). Sekali lagi, kita dihadapkan pada kepentingan mendesak tentang iman.

POLISI IMAN

Beberapa orang mungkin pernah bertemu dengan apa yang saya sebut “polisi iman” Mereka adalah individu-individu yang merasa bahwa mereka memiliki iman yang luar biasa dan ingin kurangnya iman pada diri orang lain. Mereka kelihatannya memiliki semua jawaban dan penjelasan bagi mereka yang kelihatannya belum menerima sebuah jawaban bagi doa-doanya.”Anda belum disembuhkan karena anda membutuhkan iman yang lebih,” adalah penjelasan yang mereka berikan. Individu-individu ini biasanya bermaksud baik, tetapi kata-katanya masih menyalahkan orang lain karena mereka tidak memikirkan, mengakui atau membayangkan janji-janji Allah sebagaimana seharusnya. Masalah ini semakin rumit karena banyak “polisi iman” ini tidak menikmati sendiri berkat Allah. Ketika mereka menghadapi situasi yang mustahil mereka juga menjadi mundur dan menemukan diri mereka sendiri tidak bisa mendapatkan jawaban doa-doa mereka.

Apakah anda melihat masalah yang terus-menerus kita temukan dalam treadmill pencapaian iman? Semakin kita mencoba untuk memiliki iman, kelihatannya kita semakin tidak memilikinya. Ini sama tidak nyatanya seperti pelangi. Anda melihat pelangi di kejauhan dengan warnanya yang indah dan lengkungan yang ajaib; tetapi ketika anda mengejarnya, ia menghilang dari pandangan, tidak mungkin untuk diraih. Beberapa orang menyerah begitu saja, anda dapat mendengar mereka menarik nafas,”Iman itu bukan untuk saya, Ia memang bagus untuk orang lain, tetapi saya tidak dapat menggunakannya dalam hidup saya.”

GUNUNG YANG BERPINDAH

Yesus berkata, ”Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman seluar biasa biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini; Pindah dari tempat ini kesana,---- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.”( Matius 17 : 20 ). Tidak ada ambiguitas dalam perkataan Yesus. Iman dalam bentuk yang sangat kecil sebesar biji sesawi akan memungkinkan anda untuk berkata kepada gunung agar berpindah tempat. Kita harus melihat perkataan Yesus sebagai sesuatu yang sangat bernilai. Hanya ada dua penjelasan yang mungkin untuk pernyataanNya. Yaitu apakah Yesus menyatakan kebenaran atau tidak. Karena Yesus adalah kebenaran, lalu siapakah kita untuk membuat fakta bahwa banyak orang menyatakan bahwa mereka memiliki iman. Tetapi “gunung” mereka tidak beranjak? Apakah yang kita sebut “iman” itu tidak sama dengan apa yang dimaksud oleh Yesus?

Kadang-kadang orang merasa bingung tentang iman yang dimaksud Allah yaitu iman yang memindahkan gunung, dan percaya secara mental.

Perbedaan antara iman dan percaya secara mental adalah seperti siang dan malam. Percaya secara mental dilatihkan oleh setiap orang setiap hari. Seluruh sistem masyarakat kita apakah itu perbankan, pelayanan pos, atau bisnis, dibangun oleh percaya secara mental Ketika kita membuka kotak sereal untuk makan pagi, kita tidak secara logis dan ilmiah memeriksa setiap serat dalam sereal kita; kita percaya pada apa yang tertera dibungkusnya. Ketika kita menjatuhkan amplop kekotak surat, kita percaya bahwa surat kita akan dikirimkan. Dengan sedikit pengecualian, ketika kita mendengar sesuatu di radio, televisi, atau membacanya dikoran kita percaya bahwa itu benar. Percaya jenis ini berkaitan dengan pikiran. Ini adalah hal yang bersifat metafisik, yang artinya berkaitan dengan alasan, logika, dan pemahaman mental. Jelas sekali bahwa ini bukanlah jenis “iman” yang dimaksud oleh Yesus ketika Ia membicarakan tentang iman sebesar biji sesawi, jenis yang dapat membuat anda berbicara kepada sebuah gunung dan gunung itu bergerak.

Yesus tidak berkata bahwa jika anda memiliki iman sebesar biji sesawi, anda akan sering dapat memindahkan gunung-gunung. Tidak, Yesus membuat pernyataan penutup bahwa “tidak ada yang mustahil bagimu” dan gunung “akan berpindah” Kelihatannya ini sangat tidak realistis dan masuk akal bagi pemikiran biasa. Sesudah usaha yang berulang-ulang untuk melatih iman seperti ini beberapa orang mengangkat bahu dan berkata, ”ini tidak berlaku bagi saya.”

Di banyak gereja saat ini jika pendeta mengumumkan sebuah seri pelajaran iman, hanya sedikit orang yang tertarik. Alasannya adalah orang-orang itu telah mendengar banyak pengajaran tentang iman dan merasa kecewa ketika hal itu tidak bekerja sebagaimana seharusnya seperti yang telah mereka pelajari.

Saya telah melihat ribuan orang disembuhkan; yang lumpuh, yang buta, yang tuli, yang bisu, yang sakit kusta, yang sakit kanker, kasus-kasus yang tidak mungkin secara manusia. Pada saat yang sama saya berjalan menjauhi kebaktian yang penuh dengan teriakkan pujian yang bergema ditelinga saya ketika orang-orang itu merayakan mujizat yang terjadi. Saya bersukacita dengan yang lain, tetapi dengan mata pikiran saya, saya juga melihat dengan jelas mereka yang belum disembuhkan. Hati saya rindu untuk mereka. Saya telah melihat orang yang lumpuh berjalan, tetapi saya juga menyaksikan kejadian ketika orang-orang Kristen yang terbeban mengelilingi sebuah kursi roda mendorong orang yang sakit itu untuk bangkit, menengking setan, dan bahkan mengangkat orang sakit itu dari kursi roda dan mencoba untuk membuat mereka berjalan hanya untuk meletakkan mereka kembali kekursi rodanya. Ini adalah buah jeritan yang jauh dari Yesus, yang mengatakan bahwa iman sekecil apapun berarti “tidak ada sesuatu yang mustahil.”

Saya tidak mengklaim bahwa saya tahu segalanya, tetapi kebenaran yang saya bagikan dalam buku ini adalah jawaban-jawaban dari pertanyaan saya sendiri. Jiwa saya telah dipuaskan oleh jawaban yang saya bawakan untuk anda. Yesus telah membagikan kebenaran ini kepada saya dan iman menjadi sesuatu yang mudah. Ketika kita mengakhiri pengejaran iman kita dan mengijinkan kehadiran Yesus yang manis mengalir melalui kita, mujizat yang mengejutkan terjadi. Semua hal menjadi mungkin ketika “iman Yesus sendiri” menjadi iman kita. Ini adalah satu-satunya iman yang berhasil.

IMAN YESUS SENDIRI

Rasul Paulus berkata, ”Aku hidup oleh iman kepada Anak Allah.” Ada sebuah langkah raksasa antara iman dalam Kristus dengan iman dari Kristus. Jadi ini bukan lagi usaha rasul itu untuk memiliki iman dalam Kristus, tetapi iman yang dari Kristus telah menjadi miliknya.Simon Petrus memberikan kesaksian yang serupa ketika ia menjelaskan bagaimana seorang yang lumpuh disembuhkan bukan oleh iman Simon Petrus atau kesuciannya, tetapi oleh iman yang bekerja melalui Yesus. (Kisah Rasul 3 : 16 ).

Mungkin anda, para pembaca, telah berjuang dan bertanya-tanya apa yang menjadi penghalang dalam hidup anda. Mungkin anda telah didorong untuk melihat kedalam diri anda untuk menemukan dan mencabut rintangan. Seorang wanita baru-baru ini menemui saya,” Pendeta, saya memikirkan tentang rintangan dalam hidup saya dan itulah sebabnya mengapa keluarga saya tidak dapat menikmati kesembuhan.” Saya menjawab lembut, ”Tentu saja ada rintangan dalam diri anda, dan lebih jauh lagi dalam hiudp saya juga dan setiap orang yang mencari kesembuhan Ilahi dan mujizat. Sebenarnya, kita dapat menemukan rintangan dalam setiap orang jika kita melihat dari dekat. Tetapi, kita bukan ditugaskan untuk meneliti dan mencoba untuk memahami rintangan-rintangan yang ada dalam diri kita karena kita hanya akan menemukan lebih banyak alasan mengapa kita tidak mengalami berkat Allah.” Saya melanjutkan,” Tetapi, kita melihat Yesus yang tidak memiliki rintangan itu. Semua janji-janji Allah adalah milik kita dalam Yesus Kristus, bukan disebabkan oleh apa yang sudah kita lakukan, tetapi karena-Nya.” Janji-janji Allah diterima oleh kita bukan karena ketaatan kita, tetapi karena ketaatan Yesus.

Inilah yang diproklamasikan oleh Paulus,” Karena, Yesus Kristus, yang telah kami beritakan ditengah-tengah kamu........bukanlah “ya” dan “tidak”, tetapi sebaliknya didalam Dia hanya ada “ya”. Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amien” untuk memuliakan Allah.”(2 Korintus 1 : 19-20) Perhatikan bahasa janji-janji Allah adalah “ya” dan “amien” dalam Yesus. Dengan cara ini Allah mendapatkan kemuliaan ketika Ia bekerja melalui kita. Kita tidak dapat memperhitungkan ketekunan dan kebaikan kita, tetapi semua itu ditujukan pada Tuhan Yesus Kristus.

INI BERBEDA DALAM PERJANJIAN LAMA

Jangan salah memahami kata-kata saya bahwa kita tidak harus mentaati Firman Allah, ketika kita menemukan janji-janji Allah sudah menjadi milik kita dalam Yesus, kita akan ingin lebih taat pada Firman-Nya. Dalam Perjanjian Lama, sebelum kematian dan kebangkitan Yesus, orang-orang mencoba untuk mentaati Allah dengan tujuan mendapatkan janji-janji Allah. Kita, yang hidup dalam Perjanjian Baru sesudah kematian dan kebangkitan Yesus, tidak bekerja untuk mendapatkan janji-janji Allah. Janji-janji ini telah menjadi milik kita karena apa yang sudah dilakukan oleh Yesus. Kita mematuhi Allah, bukan untuk mendapatkan pertolongan-Nya, tetapi karena semua pertolongan Allah menjadi milik kita di dalam Yesus.

Umat Perjanjian Lama melakukan upacara korban dan doa untuk mendapatkan berkat Allah, sementara saat ini di jaman Perjanjian Baru kita melakukan segala sesuatu karena semua yang telah Yesus lakukan bagi kita. Mereka taat kepada Allah untuk menyenangkan hati-Nya; kita taat kepada Allah karena Ia telah menyelamatkan kita dan memberikan kita kehidupan baru. Allah senang karena apa yang telah dikerjakan Yesus.

Sebelum kematian dan kebangkitan Yesus, orang-orang meminta berkat-berkat dari Allah. Doa semacam ini sudah tidak sesuai lagi karena Rasul Paulus berkata, ”Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani didalam Sorga.”(Efesus 1 : 3). Disini kita dapat melihat dengan jelas bahwa Allah telah memberkati kita dengan setiap berkat rohani. Kita tidak perlu meminta sesuatu yang telah kita miliki. Hal ini membuka mata banyak orang, Allah telah memberkati kita. Sekarang doa yang sesuai dengan hal ini adalah doa ucapan syukur bagi setiap berkat yang kita miliki di dalam Kristus. Ketika sekeliling kita kelihatan gelap dan tidak berpengharapan, kita masih bersyukur kapada Allah untuk apa yang dikatakan oleh Firman Allah yang menjadi milik kita.

Seringkali kita meminta kapada Roh Kudus untuk melihat apa yang kita miliki sekarang. Rasul Paulus berdoa,” Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya; betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya.” (Efesus 1 : 18-19). Apakah anda melihat perbedaan yang jelas ini? Dalam Perjanjian Lama orang-orang berdoa untuk diberkati. Sekarang dalam Perjanjian Baru, kita meminta kepada Allah untuk dengan lebih jelas warisan yang sudah kita miliki. Untuk mendapatkan iman yang luar biasa, penting untuk mengetahui di bagian salib mana yang kita tinggali sekarang. Kita hidup sesudah salib; Yesus telah menyingkirkan dosa dunia dan menanggung penyakit kita. Ini sangat berbeda dengan kehidupan sebelum kematian dan kebangkitan Kristus. Kebenaran Kristus, sekarang telah diperhitungkan dalam rekening kita, dan atas dasar kebenaran-Nya kita mewarisi semua kebaikan dan janji Allah.

Kita tidak perlu mengasihi untuk mendapatkan kasih Allah; kita mengasihi Allah karena Ia lebih dulu mengasihi kita. Kita berdoa tidak untuk mendapatkan kemenangan atau berkat, tetapi karena kemenangan itu sudah menjadi milik kita di dalam Kristus. Sama saja, kita tidak mencoba untuk memiliki iman karena kita terhubung dengan sang pemimpin dan penyempurna dari iman kita, yaitu Yesus Kristus Sendiri.

Dua individu yang menikmati “iman yang luar biasa” terhubung dengan Yesus dan melihat “gunung” mereka berpindah. Bagaimana cara mereka mengetuk kedalam iman seperti Yesus ini? Apa rahasia mereka? Tujuan penulisan buku ini adalah untuk membantu para pembaca menemukan Yesus sama seperti dua orang yang memiliki “iman yang luar biasa itu” menemukan-Nya. Sebelum saya berkhotbah atau berbicara secara pribadi dengan orang yang membutuhkan hampir selalu saya meminta Roh Kudus untuk menampilkan Yesus kepada orang-orang tersebut. Khotbah saya yang terbaik akan menjadi tidak efektif dan doa-doa saya menjadi tidak berkuasa kecuali Yesus ditunjukkan secara jelas kepada orang-orang. Itulah doa saya bagi anda, bahwa Roh Kudus akan mengungkapkan Yesus, dan Ia akan menjadi luar biasa bagi anda.

BAB 2

DUA ORANG DENGAN IMAN YANG LUAR BIASA

Banyak individu-individu di dalam Injil digambarkan memiliki iman, tetapi hanya dua dengan “iman yang luar biasa.”

Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: ”Tuan, hambaku terbaring dirumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Yesus berkata kepadanya: ”Aku akan datang untuk menyembuhkannya.” Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: ”Tuan, aku tidak layak menerima Tuan didalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan dibawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang! Maka ia datang, ataupun kepada hambaku; Kerjakanlah ini! Maka ia mengerjakannya.” Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya; ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. (Matius 8 :5-10). Kisah ini disimpulkan dengan perkataan Yesus, “Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.” Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.”(Matius 8 : 13).

Yesus “heran” yang berarti “melihat dengan takjub”. Ini keterkejutan total. Yesus tidak terbiasa dengan iman seperti ini, dan Ia tidak pernah melihatnya di Israel.

Orang yang kedua yang memiliki iman yang luar biasa ditemukan beberapa pasal kemudian di Injil Matius. “ Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru; ”Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya; “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” Jawab Yesus: ”Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: ”Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab; ”Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Kata perempuan itu; ”Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya; ”Hai ibu., besarlah imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

Sekali lagi Yesus menyatakan, “luar biasa imanmu”. Ada apa dengan wanita yang putus asa ini yang memiliki iman yang tidak biasa? Apakah ada perbedaan antara dirinya dan perwira Roma tadi? Apa yang menjadi persamaannya? Bagaimana kita dapat belajar dari mereka?

Sebelum kita menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, mari kita melihat apa yang bukan merupakan “iman yang luar biasa”. Jika kita mencari iman di arah yang salah kita akan pulang dengan tangan kosong. Saya tidak mengatakan bahwa saya mengetahui segalanya. Saya tahu bahwa saya ini tidak ada apa-apanya, tetapi Tuhan Yesus Kristus menuangkan pengertian iman ini kedalam hati saya oleh anugerah-Nya. Saya telah menghabiskan waktu hampir 30 tahun dalam pelayanan Injil, dan selama masa itu Allah telah memberkati saya. Sampai saat ini, saya bisa mengingat dengan jelas pertama kali kesembuhan yang nyata dari seorang yang tuli yang saya saksikan sebagai seorang pengkhotbah yang berusia 19 tahun yang mengadakan konferensi tiga minggu di Toronto Kanada. Hal itu mengejutkan saya. Saya tahu bahwa ini adalah sesuatu yang nyata.

SESUATU YANG HILANG

Tetap saja, meskipun saya sudah menyaksikan ribuan kesembuhan, saya juga sangat mengetahui mereka yang kelihatannya tidak terjawab doanya dan saya terus bertanya-tanya. ”Mengapa?” Kelihatannya tidak ada perbedaan dalam hal ketulusan antara mereka yang menerima kesembuhan dan mereka yang pergi tanpa terjawab doanya. Saya mendengar banyak penjelasan dan mencoba untuk menjawab beberapa pertanyaan itu. Orang-orang yang bermaksud baik bertanya, ”Peter, mengapa banyak mujizat yang terjadi diluar negeri?” Saya tidak pernah setuju dengan pertanyaan ini karena saya telah mengunjungi banyak gereja diluar negeri, dan melihat apa yang terjadi sama dengan apa yang saya saksikan di Amerika Utara atau Eropa, Allah tidak lebih hebat di salah satu tempat dibandingkan dengan tempat lain. Lebih jauh lagi saya telah melihat mujizat yang hebat yang terjadi di Eropa dan Amerika Utara.

“Tingkat imannya terlalu rendah,” adalah penjelasan yang masuk akal lainnya yang pernah saya dengar dan saya gunakan sendiri. Saya telah mendengar banyak pengkhotbah berkata pada orang sakit, ”Anda harus membaca lebih banyak buku mengenai kesembuhan dan mendengarkan kaset pengajaran.” Saya telah memberikan nasihat yang sama. Tetapi, dalam hati saya tahu bahwa ada sesuatu yang hilang.

Anda akan menemukan bahwa kunci kepada iman adalah menghentikan semua pengejaran iman kita, dan sebaliknya menghubungkan diri kita kepada Dia yang menjadi iman kita, Yesus Kristus, yang menjadi pemimpin dan penyempurna iman. (Ibrani 12 : 2). Ketika anda mengijinkan Roh Kudus untuk melakukan ini dalam hati anda, iman Yesus akan terus mengalir. Di dalam-Nya anda akan menemukan jawaban yang mungkin anda cari selama ini.

APA YANG BUKAN MENJADI YANG LUAR BIASA

Sudah banyak yang dibuat oleh fakta bahwa perwira Roma itu berada “dibawah perintah” karena ia berkata, ”Sebab aku sendiri seorang bawahan.” Topik tentang otoritas spiritual sangat penting dan saya tidak ingin mengecilkan hal itu. Ketika kita mengajarkan kepemimpinan rohani, kita berfokus kepada kebenaran bahwa untuk memiliki otoritas seseorang harus berada di bawah otoritas. Untuk menjadi seorang pemimpin, seseorang harus belajar bagaimana menjadi seorang pengikut yang baik. Tetapi, pelajaran kita kali ini bukan mengenai kepemimpinan tetapi iman untuk mendapatkan mujizat, perwira itu tidak membuat pernyataan tentang kepemimpinan rohani. Ia hanya menggambarkan bagaimana ia melihat otoritasnya sendiri sebagai gambaran otoritas Yesus. Sama seperti komandan militer yang memerintah dan prajurit dibawahnya mematuhinya jadi Yesus berbicara dan penyakit, roh-roh jahat, dan keadaan lainnya harus menaatinya. Untuk mengatakan bahwa cara perwira itu mendapatkan mujizat adalah dengan memahami kebutuhan untuk tunduk kepada otoritas adalah salah, dan tidak sejalan dengan apa yang diceritakan oleh kisah ini. Saya dapat membuktikan hal ini dengan melihat kepada seorang wanita Kanaan. Ia kelihatannya benar-benar tidak memahami tentang hal tunduk kepada otoritas. Kelihatannya ia bersifat pemberontak. Ketika Yesus menolak permintaannya, ia menolak tunduk kepada kebisuan Yesus. Ketika para murid meminta Yesus, ”Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” ia juga tidak mengerti.(Matius 15 : 23). Kisah ini bahwa ia menggangu murid-murid. Mereka ingin ia pergi, tapi ia menolak untuk tunduk kepada otoritas murid-murid itu. Saya tidak menyarankan anda untuk memberontak melawan otoritas; tidak sama sekali. Saya hanya mengatakan bahwa apakah seseorang berada di bawah otoritas atau tidak, tidak membuat seseorang itu layak atau tidak layak untuk menerima mujizat. Biarkan saya dengan cepat menjelaskan hal ini bahwa saya percaya pada otoritas. Dalam pelayanan kami melakukan tunduk kepada otoritas. Ketika saya mengunjungi gereja lokal, saya menyerah kepada pimpinan jemaat itu. Tunduk pada otoritas, baik itu pemerintah atau spiritual sesuai dengan Firman Allah. Biarkan saya mengangkat beban anda, temanku yang sakit dan yang membutuhkan. Mungkin anda telah berjuang untuk menerima mujizat dari Allah, dan ketika hal ini kelihatan sulit diraih, anda mengutuki diri sendiri, menyalahkan kepada ketidakmampuan anda. Mungkin, anda menyalahkan tidak terjawabnya doa anda pada beberapa hal yang buruk di masa lalu. Mungkin anda hidup dalam pemberontakan dan sekarang anda memandang hal ini sebagai rintangan bagi berkat Allah. Mujizat bagi anda tidak akan datang dengan melihat kepada kegagalan masa lalu anda. Ketika anda melihat kepada diri anda sendiri anda hanya akan menjauhkan diri dari apa yang disediakan Allah.

MEMAKSA UNTUK MEMBUAT TEROBOSAN

Beberapa orang telah berpendapat bahwa “iman yang luar biasa” dari wanita Kanaan itu adalah karena ia memaksa, mendorong terjadinya mujizat melawan setiap kemungkinan. Ide dari “memaksa untuk membuat terobosan” atau “menekan kedalam” atau “menekan melalui” telah diberikan kepada orang yang membutuhkan. Dalam kasus orang yang sekarat atau sakit parah, usaha ini dapat menjadi berbahaya. Bayangkan seorang yang sedang sekarat dibawa ke kebaktian kesembuhan. Orang telah mencoba setiap cara untuk sembuh---- dokter, obat, obat alami, tetapi meskipun semua usaha itu telah dilakukan, dokter telah menjatuhkan vonis mati; ”Anda hanya dapat hidup sebulan lagi.” Orang yang putus asa ini sekarang mendengar bahwa untuk menerima mujizat dari Allah anda harus mendorong untuk terobosan anda. Orang yang sakit itu diberitahu bahwa mereka harus melawan ketidakpercayaan mereka dan mengalahkan rasa takut dalam kehidupan mereka. Walaupun pernyataan ini mengandung kebenaran, fokus ini menjadi beban yang berat bagi orang yang sudah putus asa ini.

Saya tegasakan kepada anda bahwa kunci dari mujizat yang dialami oleh wanita Kanaan ini bukan disebabkan karena “memaksa untuk membuat terobosan,” Bukti dari hal ini ditemukan dalam kisah perwira Roma tadi. Ia tidak memaksa agar mujizat terjadi. Sebaliknya ia tenang bahkan agak mundur sedikit. Yesus menawarkan diri untuk datang kerumahnya dan menyembuhkan pelayan itu, tetapi perwira itu tidak begitu tertarik kepada kunjungan khusus Yesus. Bukankah seharusnya perwira itu sudah “memaksa dengan segala cara agar Yesus datang kerumahnya sebagai cara untuk mendapatkan mujizat? Sebaliknya, perwira itu bersikap tenang, dan tidak mencari kunjungan atau sentuhan khusus dari Yesus. Ia tahu benar bahwa Yesus sangat berkuasa sehingga sudah cukup bila Ia “mengatakannya.”

Memaksa untuk mendapatkan mujizat tidaklah salah atau benar. Saya hanya bahwa itu bukan cara umum untuk “iman yang luar biasa”. Perempuan Kanaan itu sedikit memaksa; perwira Roma tidak. Jika seseorang memaksa dalam doa, ini akan menimbulkan kepanikan, iman dan rasa panik tidak pernah bekerja bersama-sama.

Mungkin anda sudah disalahkan karena kurang cukup memaksa untuk mendapatkan mujizat. Anda menghukum diri sendiri karena tidak cukup berusaha. Ini mungkin menjadi beban di leher anda, ketika anda memaksa lebih keras untuk mendapatkan mujizat. Mungkin anda berjuang, berteriak untuk mengusir setan dan iman memerintahkan pada diri sendiri, tetapi tetap saja tidak ada sesuatu yang terjadi. Tenang dulu, masih ada cara lain, anda dapat memiliki iman yang luar biasa, tetapi itu tidak datang dari usaha, perjuangan atau kemampuan spiritual anda sendiri. Biarkan beban ketidakmampuan manusia lepas dari diri anda. Tidak ada satupun mujizat dari Allah datang karena apa yang kita usahakan dengan keras, tetapi hanya karena apa yang telah dilakukan oleh Yesus.

Untuk memaksa dengan kekuatan sendiri supaya Allah memberi anda sesuatu tidak ada hubungannya dengan mujizat yang anda terima. Setiap mujizat hebat yang anda saksikan datang dengan kedamaian yang luar biasa. Tidak ada kasus dimana kita menyingsingkan lengan rohani dan masuk kedalam teriakkan keras dan mengusir setan. Ketika kami mencoba untuk membuat mujizat terjadi, kami kembali dengan tangan kosong; sama seperti murid-murid Yesus yang mencari ikan sepanjang malam dan tidak mendapat satupun. Usaha kita sendiri tidak menghasilkan apapun. Tetapi, kita ditinggalkan dengan kecewa, dengan pertanyaan yang membingungkan dan seringkali lelah secara fisik. Di setiap satu dari Festival Injil kami menghitung jumlah orang yang lumpuh, tuli, dan buta yang disembuhkan, memng tidak sekaligus, tetapi terus-menerus. Jika saya harus mengambil satu kebenaran tentang iman dari pengalaman-pengalaman ini, maka itu adalah; semakin luar biasa kedamaian dan ketenangan, semakin sedikit perjuangan, maka semakin banyak yang terjadi. Semakin kita mencoba untuk membuatnya berhasil, semakin sedikit kita melihat hasilnya yang nyata.

Menariknya, kita menemukan beberapa kontradiksi dari perilaku perwira Roma dan wanita Kanaan itu. Yang satu memaksa, yang lainnya tidak. Yang satu kelihatan memahami tentang tunduk pada otoritas; yang lain tidak. Tetapi tidak satupun dari karakter ini yang menghalangi mereka untuk memiliki iman yang luar biasa. Mari kita lihat persamaan dua orang yang memiliki iman yang luar biasa ini.

BAB 3

IMAN YANG LUAR BIASA ADALAH YESUS YANG LUAR BIASA

Lelaki paruh baya disebelah saya sangat bergairah. Ia buta selama beberapa tahun dan sekarang Yesus telah membuka matanya. Orang banyak di stadion sepakbola di utara Papua Nugini menyimak dengan seksama sebelum mereka merespon dengan sorak sukacita. Ketika saya bertanya pada orang itu: ”Apakah bapak disembuhkan pada doa semalam?” hal ini bahkan menjadi lebih menarik, ia menjawab: ”Tidak, saya mendapatkan kesembuhan semalam di dapur rumah saya. Begini pak, saya tinggal disebuah desa dan banyak orang didesa saya menghadiri Festival Injil anda. Ketika mereka kembali pulang dengan sukacita mereka bercerita tentang apa yang anda lakukan. Saya begitu takjub dengan cerita mereka dan ketika mereka meninggalkan rumah saya, saya hanya berucap, “Yesus, datanglah dan sembuhkan saya sekarang.” Disana saya sendirian dan saya disembuhkan, dan saya kira saya harus datang dan menceritakan pada anda apa yang telah dilakukan Yesus.” Pria memiliki iman, tetapi apa sebenarnya iman itu? Ia melampaui batas dari Yesus ketika ia melihat jauh didepan pengkhotbah dan menemukan keluarbiasaan Yesus. Kesembuhannya tidak dibatasi pada kebaktian kami di stadion ketika saya berkhotbah. Sebaliknya semua ini hanyalah tentang Yesus saja.

Semakin luar biasa Yesus bagi anda, semakin luar biasa iman anda. Semua bukti-bukti ini bahwa orang-orang yang menerima mujizat dalam Injil tidak mengetahui bahwa mereka memiliki iman. Kedua orang yang dikatakan memiliki iman yang luar biasa sama-sama acuh. Tidak ada satu tempatpun dimana kita melihat sebuah contoh seseorang mendekati Yesus dan berkata: ”Tuhan, saya beriman kepada-Mu sekarang kemarilah dan sembuhkan saya.” Sama seperti orang di Papua Nugini. Ia tidak begitu memikirkan tentang memiliki iman yang luar biasa; fokus utamanya adalah betapa luar biasa Yesus itu. Sudahkah kita menaruh fokus seperti itu untuk mendapatkan iman sehingga orang-orang mencarinya, dari pada mengejar Sumber dari iman itu? Iman tidak datang karena dicari; ia datang dari Yesus.

Paulus menulis, ”Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus.”(Roma 10 : 17). Ketika anda melihat kedalam konteksnya anda akan menemukan bahwa “mendengar” adalah ketika kita mendengar tentang Yesus, kematian dan kebangkitan-Nya. Kita diselamatkan katika kita percaya dalam hati bahwa Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Dapatkah anda melihat bagaimana iman berhubungan dengan Yesus? Ia tidak terpisah dengan percaya, dengan perkataan, ide atau doktrin. Iman langsung berhubungan dengan Yesus. Perkataan yang kita dengar, yang membangun iman kita, adalah perkataan tentang Yesus Kristus dan apa yang telah dilakukan-Nya.

Iman tidak berada dalam pikiran anda; ia ada didalam hati. Kita tidak dapat membuat iman semacam ini betapapun kerasnya kita berusaha. Ketika kita mau datang kepada Yesus Kristus, Ia akan mengimpartasikan iman-Nya pada kita. Ini adalah dua sisi mata uang. Di satu sisi Yesus adalah iman kita. Disisi yang lain, ketika kita datang kapada-Nya, Ia akan mengimpartasikan iman-Nya pada kita. Kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman. Iman tidak datang dari diri kita atau usaha kita; ini adalah pemberian dari Allah (Efesus 2 :8-9). Ini adalah ide yang revolusioner, Jika kebenaran masuk dalam hati kita, iman tidak lagi sama bagi kita.

IMAN LEBIH BAIK “SEKARANG”

Dalam surat Ibrani pasal sebelas kami melihat sebuah daftar panjang pahlawan iman. Kadang-kadang pasal ini disebut, ”Musium Pahlawan Iman.” Habel, Henokh, Nuh, Abraham, Sarah, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, dan lainnya yang menjadi teladan iman. Apa yang menjadi dasar iman bagi “pahlawan-pahlawan iman” ini? Iman bagi mereka adalah ketaatan pada Firman yang Kudus. Hebatnya, kita tidak pernah disuruh untuk meniru “pahlawan iman” ini. Beberapa orang telah membaca Ibrani pasal sebelas dan berjuang untuk mencapai apa yang telah dicapai oleh orang-orang yang hebat ini dimasa lalu. Sebaliknya pasal itu dengan, ”Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.”(Ibrani 11 : 39-40).

Apa yang dimaksud dengan “sesuatu yang lebih baik?” Jawabannya ada di ayat berikutnya, ”Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan....”( Ibrani 12 : 2). Orang-orang dijaman Perjanjian Lama patut mendapatkan pujian tentang bagaimana mereka mematuhi kitab suci; tetapi ini bukan cara kita melatih iman. Kita memiliki cara yang lebih baik. Kita terhubung langsung dengan Yesus yang memimpin dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan. Kita memiliki sebuah hubungan dengan dia. Ia adalah Kristus yang berada di tengah-tengah kita ( Kolose 1 : 27).

Kebenaran ini sejalan dengan tema dari surat Ibrani. Kata kuncinya adalah “lebih baik” Yesus lebih baik dari malaikat, dan lebih baik dari Harun dan Musa. Suara Anak Allah lebih baik dari pada suara nabi-nabi, dan darah-Nya lebih baik dari darah domba dan lembu. Kita memiliki Imam Luar Biasa yang lebih baik dari pada yang ada di Perjanjian Lama dan Perjanjian yang Baru lebih baik dari pada yang telah di bawa oleh Musa. Ini tidak berarti malaikat-malaikat, Harun, atau darah lembu dan kambing buruk Penulis surat Ibrani tidak mengatakan bahwa nabi-nabi itu jahat; tidak sedikitpun. Mereka semua ada di tempatnya masing-masing, tetapi Yesus lebih baik. Tidak ada indikasi apapun bahwa penulis surat Ibrani mengubah tema ketika ia tiba pada pasal sebelas. Daftar pahlawan-pahlawan iman dalam Perjanjian Lama diberikan untuk dibandingkan dengan yang lebih baik. Kita tidak melatih iman seperti yang mereka lakukan karena kita memiliki sesuatu yang lebih baik---- kita memiliki iman Yesus. Ini bukanlah sebuah kritik bagi pahlawan Perjanjian Lama. Sebaliknya, mereka percaya kepada Allah menurut apa yang tersedia di jaman mereka, tetapi jaman kita berbeda. Kita hidup sesudah kematian dan kebangkitan Kristus, Iman “lebih baik” sekarang, kita memiliki jauh lebih banyak dari pada kitab suci; kita memiliki Yesus sendiri.

IMAN DARI KRISTUS

Iman dari Kristus itu baik, tetapi iman dari Kristus jauh lebih baik. Lihatlah kembali apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus, ”aku hidup oleh iman dalam Anak Allah.”(Galatia 2 : 20). Beberapa terjemahan menuliskan, ”iman di dalam Kristus,” tetapi Alkitab versi King James dengan akurat menulis “iman dari Kristus” Iman dari Kristus adalah satu-satunya terjemahan yang masuk akal. Paulus berkata kita disalibkan dengan Kristus, dan seorang yang “disalibkan” itu mati. Satu-satunya harapan bagi orang itu adalah kehidupan yang dijalani oleh orang lain melalui dirinya. Kita telah disalibkan bersama dengan Yesus Kristus, dan sekarang Ia hidup di dalam kita dengan hikmat, iman dan kasih-Nya. Ini adalah kunci yang sempurna bagi seluruh kehidupan orang yang percaya Yesus. Kita menjadi ciptaan baru dalam Kristus (2 Korintus 5 : 7). Kita diciptakan kembali dalam gambar Allah. Hidup kita tidak akan pernah menyenangkan hati Allah, tetapi kita sudah mati dalam kehidupan lama kita. Sebaliknya, kita memiliki kesempatan mulia untuk memberi kepada Yesus dan mengijinkan kebenaran kasih, sukacita dan iman-Nya mengalir melalui kita. Rasul Petrus menyebutnya, ”karena kepercayaan dalam nama Yesus.”(Kisah Para Rasul 3 : 16). Iman bukan hasil usaha dari Simon Petrus. Tidak, pekerjaan mujizat yang dialami oleh Simon Petrus semua terbungkus dalam Yesus; iman yang “datang melalui diri-Nya.” Jika Yesus lebih luar biasa, maka lebih luar biasalah iman anda. Jika iman anda kelihatan kecil, lebihlah berfokus kepada Yesus. Mintalah Dia untuk membantu, menguatkan dan menyembuhkan anda.

TEMUKAN SANG PENYEMBUH

Perwira Roma dan wanita Kanaan itu memiliki Yesus yang luar biasa, Perwira itu berpikir bahwa Yesus itu begitu luar biasanya hingga dengan perkataan-Nya saja sudah cukup untuk membuat mujizat. Meskipun Yesus telah menawarkan diri untuk datang kerumah perwira tersebut, perwira itu meminta sebaliknya. Mengapa? Kelihatan sekali bahwa perwira itu berpikir bahwa Yesus begitu luar biasa sehingga perjalanan yang jauh dan melelahkan tidak diperlukan. Tetapi, ”satu kata” saja sudah cukup.

Kisah ini adalah gambaran dari Yesus yang tidak terbatas. Seolah-olah perwira Roma itu berkata seperti ini,”Yesus, Engkau begitu luar biasa; Engkau tidak perlu datang kerumahku. Sama seperti aku berbicara kepada bawahanku untuk pergi dan dia akan pergi, datang dan dia akan datang, ketika Engkau mengucapkan Firman-Mu, penyakit yang diderita oleh pelayanku akan sembuh.” Perwira itu mencari kesembuhan, tetapi ia menemukan sang Penyembuh. Yesus jauh lebih luar biasa dari yang dapat ia bayangkan. Disekeliling tempat itu ada orang-orang yang berkata, ”kami mengenal Yesus, Dia datang dari Nazareth, Ia adalah anak Yusuf, tidak ada yang istemewa.” Di lautan ketidakpercayaan dan komentar negatif, suara perwira itu melebihi semua suara yang lain. Ia melihat Yesus seperti apa Dia sebenarnya. Yesus begitu luar biasa, sehingga apapun rintangan yang dihadapi, dengan sentuhan-Nya semuanya akan mencair seperti salju yang mencair terkena sinar matahari yang hangat.

Lihatlah pada perempuan Kanaan itu. Pada mulanya, Yesus tidak menanggapi permintaannya untuk menyembuhkan anak perempuannya. Ia menyatakan, ”Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”(Matius 15 : 24). Ketika perempuan itu terus mendesak Yesus menjawab, ”Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”(Matius 15 : 26). Disini kita melihat beberapa fakta yang menarik. Pertama, Yesus masih berkutet pada konteks Perjanjian Lama--”Umat Israel.” Injil waktu itu belum disiarkan keseluruh dunia. Baru sesudah kematian, kebangkitan dan kenaikkan Yesus dan turunnya Roh Kudus maka Injil tersebar ke Seluruh Dunia. Saat ini kuasa dan kehidupan Yesus tersedia bagi semua orang percaya tanpa batas. Yang kedua, ada penggambaran yang jelas antara Perjanjian Lama dan Baru. Wanita itu bukan orang Yahudi dan oleh karenanya tidak termasuk dalam perjanjian Allah dengan orang Yahudi. Perbedaan ini tidak pernah dibuat sesudah kematian Yesus di kayu salib. Sekarang setiap orang, baik itu Yahudi atau bukan, memiliki akses kepada Allah dengan perjanjian yang sama; perjanjian yang lebih baik dari Yesus Kristus. Yang terakhir, kesembuhan itu adalah “roti bagi anak-anak.” Roti adalah makanan pokok. Kesembuhan dan mujizat adalah pokok bagi mereka yang memegang janji Allah dalam Yesus. Wanita ini bisa saja merasa terhina oleh ketidaktertarikan Yesus,. Kenyataannya, kasih Yesus mengalir kepadanya, tetapi pada saat yang sama Yesus menghormati fakta bahwa Ia masih berada dalam Perjanjian Lama. Yesus juga mengetahui bahwa siapapun, Yahudi atau bukan, dapat disembuhkan karena Iman dalam Dia. Anda yang membaca buku ini tidak perlu memikirkan tentang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Anda sekarang berada dalam Perjanjian Baru, dan berkat dari Perjanjian ini menjadi milik anda. Hal penting yang harus diperhatikan adalah betapa luar biasanya Yesus bagi perempuan Kanaan ini. Ia melihat Yesus yang luar biasa dan Yesus melihat “iman yang luar biasa.”

REMAH SAJA SUDAH CUKUP

Penting untuk digarisbawahi bahwa perempuan Kanaan ini menolak untuk diserang. Reaksinya memperlihatkan betapa luar biasa Yesus baginya. Ia menyatakan,”Benar Tuhan, namun anjing itu, makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.”(Matius 15 : 27). Jawaban Yesus tentang kesembuhan yang adalah “roti bagi anak-anak” mungkin bukan jawaban yang ia harapkan, tetapi itulah yang dia dapat; dan dia mengambilnya. Seolah-olah dia berkata, ”Baiklah, saya memang tidak mendapatkan jawaban yang saya inginkan, tetapi Yesus mengatakan sesuatu, dan saya tahu bahwa Perkataan-Nya dapat diandalkan sehingga ia tidak mungkin mundur dari apa yang dikatakan-Nya!” Dengan menggunakan perkataan Yesus sendiri, ia memperjelas bahwa ia tidak menginginkan roti yang utuh atau bahkan seiris dari “roti” ini. Tetapi baginya remah itu sudah cukup banyak. Mengapa? Ia tahu bahwa Yesus itu luar biasa sehingga kuasa sebesar “remah” roti sudah cukup.

Iman yang luar biasa tidak ditemukan dengan mencari iman yang luar biasa. Iman yang luar biasa adalah Yesus yang luar biasa. Pandanglah betapa luar biasanya Dia. Lihatlah karya penebusan-Nya dan kasih kuasa-Nya bagi anda.

Berhentilah mencoba untuk memiliki iman, karena iman tidak datang dengan mencoba. Jika anda mencoba untuk mendapatkan iman dan merasa berhasil, dengan menyesal saya memberitahu anda bahwa apa yang anda dapat bukanlah iman yang sesungguhnya. Anda mungkin merasa memiliki iman, anda mungkin berbicara, berteriak, melompat, seolah-olah anda memiliki iman yang nyata, tetapi itu bukan dengan mencoba untuk mendapatkannya --- ia datang dari Yesus sendiri. Anda akan menemukan iman yang sesungguhnya hanya dalam hadirat-Nya.

Hal ini begitu sederhana sehingga banyak orang melewatkannya. Panggil Yesus, Mintalah pertolongan-Nya. Jangan bergantung pada kepercayaan teologis yang anda dapatkan selama bertahun-tahun dalam kebaktian Kristen. Dekatilah Yesus seperti seorang anak mendekati orang tuanya, berharaplah bahwa Ia akan memberi anda belas kasihan.

BAB 4

IMAN ATAU PERCAYA SECARA MENTAL

Ada jarak yang lebar antara percaya secara mental dan iman Allah. Percaya secara mental itu alamiah. Ia datang dengan mengatakan sesuatu kepada pikiran kita terus menerus. Iman yang benar adalah supernatural. Ia bisa memindahkan gunung dan ia hanya ditemukan di dalam Yesus. Ke-empat Injil memberikan banyak studi kasus yang membedakan percaya secara mental dan iman ilahi. Matius pasal tujuh belas mulai dengan Yesus dan tiga murid-Nya berada di Gunung Transfigurasi. Ketika mereka menuruni gunung itu, Yesus segera menemui penderitaan dan sakit manusia. Kita membaca, ”Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, katanya,”Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh kedalam api dan juga sering kedalam air. Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.” (Matius 17 : 14-16).

Dapatkah anda melihat keputusasaan ini? Jelas sekali bahwa murid-murid Yesus percaya pada kesembuhan, jika tidak mereka tidak akan mencoba untuk menyembuhkan anak lelaki itu. Ayah anak itu juga percaya pada kuasa kesembuhan dari Yesus, karena kemudian ia berkata,”Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Matius 9 : 24 ). Kita tidak mengetahui kejadian itu secara persis tetapi kita dapat membayangkan murid-murid Yesus mengelilingi anak yang sakit itu sementara ia berguling di tanah dan mulutnya berbusa. Mungkin mereka mengusir setan dan memerintahkan setan untuk pergi tetapi tidak ada sesuatu yang terjadi. Kemungkinan mereka berulangkali berdoa, bersyafaat dan memohon pada Allah. Mungkin mereka mendorong ayah anak itu untuk lebih percaya, menaruh tanggung jawab iman atas dia atau anaknya. Apakah murid-murid itu mencoba untuk meneliti apa yang menjadi penyebab penyakit anak itu? Mungkin mereka mulai meneliti apa yang menjadi pintu masuk bagi roh-roh jahat untuk menekan anak itu dan keluarganya. Kita tidak tahu pasti bagaimana mereka berusaha untuk menyembuhkan anak itu, tetapi kita tahu mereka mencoba. Tetap saja, sesudah semua doa mereka, menengking, dan berteriak kepada Allah dilakukan, hasilnya nihil. Anak laki-laki itu tetap sakit seperti sebelumnya. Sekarang beberapa orang akan menyimpulkan bahwa ini menunjukkan bahwa bukan kehendak Allah untuk menyembuhkan anak ini. Kita tahu bukan itu sebabnya karena ketika Yesus tiba, Ia berkata, ”Bawalah anak itu kemari.”(Matius 17 : 17). Sesudah berbincang singkat dengan ayah anak itu, Yesus menyembuhkan anak itu. Tindakkan Yesus membuktikan bahwa Allah berkehendak untuk menyembuhkan anak itu.

Kemudian, para murid bertanya-tanya tentang apa yang sudah mereka lihat dan mengapa mereka tidak dapat menyembuhkan anak itu. Yesus menjelaskan,” Ia berkata kepada mereka: ”Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu; Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini kesana ---maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.”(Matius 17 : 20).

SATU TRUK PENUH ATAU SATU SENDOK TEH

Apakah anda melihat perbedaan antara percaya secara mental dan iman yang memindahkan gunung? Para murid ini telah berlatih percaya secara mental. Tidak diragukan lagi! Mereka percaya dengan kesembuhan, jika tidak, mereka tidak akan berusaha untuk menyembuhkan anak tersebut. Yesus menunjukkan bahwa jika mereka memiliki iman yang sesungguhnya dan bukannya percaya secara mental, mereka hanya membutuhkan iman seluar biasa biji sesawi, dan mujizat itu akan terjadi. Percaya secara mental seharga satu milyar dollar tidak akan menghasilkan apa-apa, tetapi satu sen iman, iman yang ilahi, tidak ada satupun yang mustahil.

Apa yang sebut “iman” seringkali hanya merupakan percaya secara mental atau “engkau bisa jika engkau benar-benar menginginkannya.” Mungkin kita pernah mendengar orang-orang berkata berulang-ulang, ”Saya sudah sembuh, saya sudah sembuh, saya sudah sembuh,” atau “Saya mendapatkannya, saya mendapatkannya, saya mendapatkannya,” atau “Ini milikku, ini milikku, ini milikku.” Ini seolah-olah kita mengira bahwa jika kita mengulang-ulang sesuatu kita bisa meyakinkan pikiran kita bahwa kita percaya dan kita akan mendapatkan.

Jika iman yang diberikan Yesus, iman Ilahi, hidup, penuh semangat dan berkuasa. Jangan pernah mengurangi iman menjadi “lima langkah, sepuluh kunci, lima petunjuk, atau sepuluh rahasia.” Iman tidak dapat dikurangi menjadi prinsip remeh dan atau “sebuah langkah.” Ini lebih dari mensahkan sebuah doktrin, ini adalah energi Yesus sendiri yang mengalir melalui anda. Iman bukan kondisi pikiran kita, ini adalah kasih karunia yang mulia.

Percaya secara mental sebanyak satu truk penuh yang dihasilkan dari usaha dan perjuangan manusia tidak akan menghasilkan apa-apa, tetapi satu sendok teh iman Yesus akan selalu memindahkan gunung. Berita baiknya adalah bahwa Yesus membuat iman ini selalu tersedia. Anda hanya harus datang kepada-Nya, memanggil nama-Nya dan dan mendekat pada-Nya.”Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”(Yohanes 1 : 12). Semua ini tercakup dalam-”Nya”; “Dia” dan “milik-Nya.” Ia yang melakukan pekerjaan-Nya dan kita yang menerima hasilnya.

SEBAGAIMANA DIRI SAYA SENDIRI

Dalam setiap penginjilan Billy Graham ketika undangan bagi orang-orang untuk datang kepada Yesus selalu diberikan bersamaan dengan nyanyian koor, “Hanya diriku sendiri tanpa satu pembelaan, tetapi darah-Mu tercurah bagiku” Saya sangat menyukai kata-kata itu, ”tanpa satu pembelaan.” Ini berarti bahwa saya tidak memiliki pembelaan apapun bagi diri saya. Saya tidak dapat menyombongkan satupun hal yang baik tentang diri saya sendiri,.termasuk tentang iman saya. Tetapi, saya hanya memohon belas kasihan Allah.

Ingat tentang sebuah persekutuan doa dirumah ibadah di Yerusalem dimana ada seorang pemungut cukai menangis di belakang memohon belas kasihan Allah dan seorang Farisi yang merasa dirinya benar berdoa paling depan mengucap syukur pada Allah karena ia bukanlah seperti “orang berdosa” itu. Di pihak mana yang anda pilih; seorang pemungut cukai yang berdosa atau orang Farisi yang merasa benar sendiri? Tidak ada berkat jika kita datang kepada Allah membawa sesuatu dari diri kita sendiri, tetapi belas kasihan dan kasih karunia mengalir dengan bebas kepada orang yang datang “tanpa satu pembelaan.” Semua usaha mental kita untuk mencapai iman akan membawa manfaat apapun. Ketika kita datang kepada Yesus tanpa membawa apapun dari diri kita sendiri, pintu air dari belas kasihan dan kasih-Nya akan terbuka lebar bagi kita.

DAMAI DI DALAM BADAI

Salah satu kejadian lain ketika Yesus dan murid-murid-Nya berada didalam perahu, dan topan yang hebat hampir menenggelamkan mereka. Murid-murid itu ada digeladak perahu memohon kepada Allah, memerintahkan angin supaya tenang, tetapi tidak ada sesuatupun yang terjadi. Kelihatan sekali bahwa mereka percaya bahwa Allah dapat menenangkan angin itu, tetapi itu adalah rasa percaya yang berkembang dalam pikiran mereka. Yesus hanya mengucapkan satu kata, “Diam! Tenanglah!” dan ketenangan yang luar biasa terjadi.(Markus 4 : 39). Ini adalah tanda yang membedakan antara percaya secara mental dan iman yang datang dari Yesus. Percaya secara mental adalah usaha kita untuk percaya dan melihat sesuatu terjadi. Iman yang dari Yesus datang dengan kedamaian yang luar biasa.

PERCAYA DAN KATAKANLAH

Seseorang mungkin bertanya, ”apakah penting untuk berbicara dalam iman?” Ya, berbicara dengan iman, dan mengakui Firman Allah. Pengakuan positif kita tentang Firman Allah datang dari iman, tetapi iman tidak datang dari pengakuan positif, karena iman datang dari Yesus. Itulah sebabnya Firman berkata, ”Aku percaya, oleh karena itu aku mengatakan,” bukan saya berbicara sampai saya percaya. Anda mungkin bertanya, ”Bukankah iman bertindak?” Ya, tindakkan datang dari iman, bukan iman dari tindakkan ----karena iman hanya datang dari Yesus.

SEPATU VASCO YANG BARU

Ketika saya berkhotbah dialun-alun kota Plodiv, Bulgaria seorang ibu membawa anak lelakinya yang berusia lima tahun, namanya Vasco, yang dilahirkan lumpuh. Ibu ini sudah mendengar tentang mujizat yang Yesus lakukan pada pertemuan sebelumnya di kota Sofia, ibukota Bulgaria. Ia begitu takjub dengan apa yang dia dengar, dan sekarang merasa yakin bahwa anaknya akan bisa berjalan ia membelikan anaknya celana jeans, jaket jeans, dan sepasang sepatu baru. Anak itu tidak pernah memiliki sepatu; ia tidak membutuhkannya karena ia tidak dapat berdiri atau berjalan. Tetapi, ibu Vasco yakin bahwa anaknya akan membutuhkan sepatu karena Yesus akan menyembuhkannya. Ketika saya berkhotbah tentang Yesus malam itu seorang anak yang tersenyum lebar dan ibu yang menangis maju keatas mimbar. Vasco berlari kesana kemari pada orang-orang mujizat yang dialaminya. Orang-orang yang datang juga bersukacita. Itulah cara kerja iman Yesus. Ia memberikan ibu Vasco iman yang memindahkan gunung.

Sekarang saya dapat menceritakan kisah ini dan orang lain yang lumpuh juga membeli sepatu baru dan datang kekebaktian dan tidak ada sesuatu yang akan terjadi. Bagi seseorang ini adalah realitas hidup yang jelas. Bagi yang lain ini hanyalah salah satu tehnik iman. Iman bukanlah sebuah metode, iman adalah seseorang.

SEORANG PRIA YANG MERANGKAK

Disalah satu festival Injil di India, ada seorang pria lumpuh dari pinggang kebawah terbaring di tanah menyimak khotbah saya tentang Yesus. Ia mendorong dirinya dengan tangan ketika sedikit --- demi sedikit menyeret dirinya diantara kerumunan orang untuk bisa melihat lebih jelas ke mimbar. Ketika saya berbicara dalam nama Yesus bagi orang lumpuh untuk bangkit dan berjalan, ia mencoba bangkit tetapi gagal. Ia melakukannya lagi dengan hasil yang sama. Saya tidak akan pernah mengetahui cerita ini selengkapnya dari teman saya, Pendeta Frederick Mwassa dari pantai timur Kenya, yang sudah hadir. Ia sedang berdiri melihat pemandangan yang memprihatinkan dari seorang pria yang mencoba untuk bangkit dan berjalan. Ia bercerita pada saya sesudah kebaktian itu, “Peter, saya mendekati orang lumpuh itu dan berkata, ”Dapatkah saya membantu anda?” Pria itu menjawab, ”Tidak, Saya percaya perkataan Yesus seperti khotbah yang saya dengar. Saya percaya lebih dari saya percaya kondisi lumpuh saya. Saya akan berjalan di atas kaki saya sendiri.” Sekali lagi ia mencoba, dan kali ini kehidupan menjalari kaki lumpuhnya. Ia melompat dan berlari ke mimbar sementara semua orang yang telah melihatnya terisak menangis, mereka menyaksikan sendiri apa yang terjadi. Roh Kudus telah mengungkapkan Yesus pada pria itu. Yesus telah memberinya iman, tidak ada satu orangpun yang dapat berbicara seperti itu padanya.

Saya dapat membagikan kisah ini dan orang lain dengan kondisi yang sama dapat berkata dan bertindak persis yang dilakukan oleh orang ini, tetapi tidak ada sesuatu yang terjadi. Benar bahwa iman merespon pada tindakkan, bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Tetapi iman tidak datang dari meniru tindakkan orang lain; iman datang dari Yesus. Jangan mencoba meniru atau mengikuti apa yang sudah dilakukan orang lain, tetapi mendekatlah pada Yesus. Mintalah pada Roh Kudus untuk mengungkapkan Yesus lebih lagi setiap hari. Iman Yesus, kepastian dan kedamaian akan datang dalam hati anda. Inilah mengapa kesaksian mujizat selalu unik, apakah itu dari Alkitab atau yang baru-baru ini terjadi. Sebagaimana setiap individu yang berhubungan dengan Yesus, orang itu akan melakukan tindakkan sesuai dengan iman mereka dalam-Nya.

Yesus adalah kunci dari segala sesuatu. Mujizat kita ada didalam-Nya. Semakin kita melihat pada usaha kita sendiri maka hal itu akan semakin buruk, sementara jika kita melihat kepada Yesus, maka hal itu akan menjadi lebih mudah. Saya semakin membuat semua fokus saya kepada Yesus, Rasul Paulus menulis, ”Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?”(Galatia 3 : 1). Iman, mujizat, kesembuhan, dan tanda-tanda ajaib tidak dihasilkan oleh suatu metode atau tehnik iman. Berkat-berkat ini datang ketika orang-orang benar-benar melihat ganbaran Yesus seutuhnya. Ini adalah cara Paulus berkhotbah; untuk melukiskan dengan jelas kebesaran Yesus.

INI ADALAH SEBUAH PEMBERIAN

Percaya secara mental datang dari diri sendiri. Kita mencoba untuk mencapai konsentrasi jiwa dimana kita merasa bahwa kita mempercayai sesuatu. Ini benar-benar bertentangan dengan Iman Allah. Lihatlah kembali pada Firman ini. ”Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri.”(Efesus 2 : 8-9).

Ini berarti : 1. Iman bukan “dari diri sendiri.”

2. Iman adalah “pemberian dari Allah.”

3. Iman bukan “hasil usaha kita.”

4. Jika iman datang dari diri kita sendiri atau usaha yang kita banggakan, tetapi karena bukan itu semua, semua kebanggaan kembali kepada Yesus.

Ayat yang berikutnya memberikan sinar terang tentang bagaimana iman sejati datang. ”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup didalam-Nya.”(Efesus 2 : 10 ). Semua yang kita miliki adalah karena kita merupakan ciptaan baru dalam Yesus. Kita adalah orang percaya karena Yesus Kristus, Pemimpin dan Penyempurna iman kita, ada didalam kita. Kita memelihara dan menumbuhkan iman yang diberikan Allah ini dengan terus-menerus melihat Yesus. Apakah anda bekerja untuk mendapatkan “pemberian” Tentu saja tidak! Pemberian itu diberikan dengan cuma-cuma atau itu bukanlah pemberian. Iman adalah pemberian dari Allah.

Seringkali kita mendengar orang berkata, ”Saya telah sungguh-sungguh mempelajari dan berdoa dan iman saya bertumbuh. Saya percaya saya dapat melakukan hal-hal yang luar biasa bagi Allah sekarang.” Pembicaraan seperti ini adalah sebuah indikasi bahwa iman tidak bekerja, karena kita tidak dapat bekerja untuk iman dan oleh karena itu kita tidak dapat menyombongkan diri karenanya. Tidak, jangan salah paham. Saya melakukan pembacaan Alkitab, berdoa, dan melakukan disiplin rohani dengan segenap hati saya. Tetapi walaupun kita dapat saja membaca dan berdoa dengan tekun tetapi masih saja tidak memiliki iman yang memindahkan gunung.

Hanya Yesus yang dapat memberi kita iman ini. Ketika hadirat-Nya yang penuh kedamaian menyentuh diri anda, dunia lain akan terbuka bagi anda. Ini berarti bukan anda lagi yang mencoba untuk mendapatkan iman. Tetapi, iman-Nya, iman dari Yesus, yang mengalir melalui anda. Ia adalah SUMBER MUJIZAT TOTAL yang kita miliki.

BAB 5

IMAN BERTUMBUH SUBUR DENGAN KASIH KARUNIA

Iman yang luar biasa tidak dapat berfungsi dibawah tekanan untuk melakukan atau memenuhi peraturan. Selama orang yang sakit dan yang membutuhkan --- mengevaluasi diri; ”Apakah saya sudah cukup baik?” “Cukup berpuasa?” “Cukup membaca Alkitab?” “Apakah saya cukup menunjukkan kebaikkan Kristus?” Iman menjadi lumpuh. Seringkali orang yang sakit akan bertanya dan mencari halangan yang merintangi kesembuhan mereka. Banyak orang mencari kesalahan dengan menggali masa lalu dan kegagalan mereka. Ini membuat iman mengalami arus pendek. Perjanjian Baru menggambarkan sebuah perbedaan yang sepenuhnya antara kasih karunia dan hukum. Kasih karunia adalah apa yang dilakukan Allah bagi kita. Hukum adalah apa yang kita coba lakukan.

Kasih karunia adalah sesuatu yang tidak seharusnya kita terima, yang diberikan tanpa harus berusaha. Dan tidak pantas kita terima. Ini sepenuhnya berfokus kepada kasih Allah yang menyediakan pemberian cuma-cuma bagi semua orang yang percaya melalui Yesus Kristus. Hukum berpusat pada pencapaian manusia dan betapa baik yang dapat kita lakukan. Selama kita melihat pada diri kita sendiri dan pekerjaan kita, kita akan gagal.

Mari kita lihat kembali pada perwira Roma dan perempuan Kanaan, orang yang dikatakan oleh Yesus memiliki “iman yang luar biasa,” Siapa mereka? Mereka adalah orang-orang bukan Yahudi yang berarti bahwa mereka tidak berada di bawah Hukum Musa, dalam semua kemungkinan, mereka tidak mempedulikan hukum itu.

HUKUM ATAU IMAN

Mari saya tunjukkan bagaimana iman tidak dapat bekerja dengan hukum. Kata “iman” hanya dua kali di Perjanjian Lama; satu kali ketika Ia menegur orang Israel (Ulangan 32 : 20), dan sekali dalam janji profetik berkaitan dengan kehidupan orang percaya di dalam Yesus (Habakuk 2 : 4). Perjanjian Lama adalah jaman hukum dan peraturan, yang membuat iman menjadi kosong.

Rasul Paulus menunjukkan perbedaan antara iman dan hukum.”Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.” (Galatia 3 : 23-25).

Saya menggaris bawahi kata “sebelum” dan “sampai/sesudah.” Kata-kata ini sebuah waktu yang khusus. Kita tahu apa waktu khusus itu --- itu adalah kebangkitan Yesus. Untuk diselamatkan kita harus percaya bahwa Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati (Roma 10 : 9). Sampai Yesus dibangkitkan iman seperti itu tidak mungkin. Itulah mengapa Perjanjian Baru dimulai dari kebangkitan Tuhan Yesus. Sebelumnya hukum-lah yang berkuasa, tetapi sekali iman datang hukum tidak diperlukan lagi.

Apa itu hukum? Bagaimana hubungannya dengan kita sekarang? Tanpa memberikan analisa sejarah yang panjang, hukum adalah tentang apa yang dapat kita lakukan. Ini berhubungan dengan usaha sendiri dan berusaha mencapai standar itu yang membuat kita memenuhi syarat untuk kita peroleh dari berkat Allah. Orang-orang Israel telah mencoba hal ini dan sedihnya mereka gagal. Tujuan Allah dengan hukum itu adalah untuk ketidaksanggupan manusia untuk hidup menurut perintah Allah yang sempurna dan kudus. Simon Petrus mengatakan bahwa bukan orang Farisi atau nenek moyang mereka dapat melakukan semua hukum Allah betapapun keras usaha yang mereka lakukan (Kisah Para Rasul 15 : 10). Karena hukum ketidakmampuan kita untuk memenuhi standar Allah, hukum ini juga mempersiapkan kita agar mau menerima kasih karunia. Semakin kita melihat ketidakmampuan kita, kasih karunia menjadi satu-satunya pengharapan kita. Kasih karunia tidak pantas kita terima, bukan karena usaha kita, sesuatu yang tidak seharusnya kita terima yang diberikan Allah kepada manusia.

“Tidak pantas kita terima” berarti kasih karunia tidak datang dari prestasi atau hal-hal baik yang kita lakukan. Menjadi pemimpin, pendeta tidak menjadikan kita layak menerima kasih karunia. Ia tidak pantas kita terima.

“Tidak datang dari usaha kita” menunjukkan bahwa kasih karunia tidak datang dari usaha, belajar, atau kerja keras kita. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan berkat Allah.

“Tidak seharusnya kita terima” berarti bahwa kita tidak layak menerima pemberian Allah. Jika kita merasa layak untuk menerima berkat, mujizat, atau pertolongan Allah kita telah membuat diri kita tidak layak menerima kasih karunia itu .

Iman dan hukum tidak dapat disatukan. Tetapi, kasih karunia dan iman mengalir bersama. “sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri.”(Efesus 2 : 8-9). Dapatkah anda melihat bagaimana iman adalah ke-balik-an dari perbuatan manusia? Mari kita kupas apa yang kita baca dalam Galatia 3 : 23-25 :

  1. Hukum itu “sebelum iman itu datang” (ayat 23 )
  2. Hukum itu hanya berlaku sampai Yesus datang (ayat 24).
  3. Ketika Yesus datang, iman datang. Iman sekarang menjadi Manusia. Yesus adalah iman kita. (ayat 23-25).
  4. Sekali Iman (Yesus Kristus) sudah datang kita tidak lagi menerima sesuatu dari Allah melalui hukum, tetapi melalui iman (ayat 25-26). Semuanya tersedia di dalam dan melalui Yesus sekarang.

MEREKA TIDAK MENGETAHUI PERATURANNYA

Ini adalah kunci kepada “iman yang luar biasa.” Perwira Roma dan perempuan Kanaan belum pernah dihadapkan dengan hukum. Mereka tidak mengetahui peraturan yang diperlukan untuk mujizat. Iman yang sejati tidak bekerja dibawah peraturan; ia hanya bekerja dengan berfokus kepada Yesus. Dengan berfokus pada hukum kita hanya akan melihat kekurangan kita sendiri. Ketika kita memandang Yesus kita melihat semua yang dapat Ia lakukan.

Paulus bertanya kepada orang Galatia, ”Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?”(Galatia 3 : 5). Jawabannya begitu nyata. Mujizat itu bekerja karena mendengar, mendengar tentang Yesus Kristus.

HUKUM MEMBUAT MUJIZAT MUSTAHIL

Secara sederhana, mereka yang memiliki iman yang luar biasa dapat memilikinya karena mereka tidak mengetahui peraturannya. Mereka belum membaca, ”Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukannya dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu akan mengangkat engkau diatas segala bangsa di bumi.....”(Ulangan 28 : 1). Sekali kita mengetahui bahwa berkat itu tergantung kepada ketaatan kita dan memperhatikan secara seksama “semua perintah,” kita tahu bahwa kita tidak memenuhi syarat. Siapa diantara kita yang telah mematuhi 100% semua Firman Allah?

Kita melihat dalam Yosua 1 : 8, “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” Sekali kita mengetahui bahwa keberuntungan dan “keberhasilan” tergantung bagaimana kita memperkatakan, merenungkan, memperhatikan, “semua yang tertulis di dalamnya,” dan kita melakukannya “siang dan malam,” dengan segera kita akan membuat diri kita tidak memenuhi peraturan untuk menerima berkat Allah. Inilah mengapa Yesus berkata, ”Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”(Yohanes 8 : 7).

Ini adalah dilema dari pemikiran “sesuai dengan hukum”---tidak seorangpun yang layak. Jika mujizat itu tergantung pada diri kita, apa yang sudah cukup kita lakukan, cukup kita doakan, cukup kita sembah, cukup membaca Alkitab, dan cukup baik kemudian kita menyimpulkan bahwa mujizat tidak mungkin terjadi.

Ketika kita melihat apa yang sudah kita lakukan, iman menjadi tidak mungkin, karena iman adalah tentang apa yang sudah dilakukan Yesus. Alkitab mengatakan bahwa orang-orang sedang tidak berada dibawah hukum ketika mujizat terjadi. Yesus berkata,”....Pada jaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selam tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, ditanah Sidon. Dan pada zaman Nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” (Lukas 4 : 25-27).

Ketika Yesus menggaris bawahi mujizat yang besar di Perjanjian Lama. Ia memfokuskan diri pada dua orang yang berada di luar hukum Musa; seorang janda yang tidak memiliki makanan dan seorang Jendral Siria yang kusta. Kedua orang itu tidak mempedulikan peraturan dalam Hukum itu.

Iman tidak dapat bekerja bersamaan dengan sederetan peraturan. Ia hanya dapat bekerja melalui Yesus, ”Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan ditengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silvanus dan Timotius, bukanlah “ya” dan “tidak”, tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada “ya”. Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah.”(2 Korintus 1 : 19-20). “Semua janji Allah” berarti semua yang telah Allah janjikan. Bagaimana kita dapat menerima janji-janji itu? Bukan dengan kemampuan kita, tetapi didalam Kristus. Dengan cara demikian kemuliaan itu bukan menjadi milik kita, tetapi ketika mujizat dinyatakan, maka segala kemuliaan hanya bagi Dia, “untuk memuliakan Allah.”

TIDAK ADA FORMULA MUJIZAT

Inilah mengapa seorang yang baru percaya menerima dengan begitu mudahnya. Mereka berdoa untuk mendapatkan tempat parkir dan mereka mendapatkannya. Saya ingat ketika saya masih menjadi seorang pengkhotbah keliling yang masih muda dan tinggal dirumah orang yang baru percaya. Ketika pendeta bertanya kepada jemaat apakah ada seseorang yang mau menerima pengkhotbah keliling dirumah mereka selama kebangunan rohani seminggu, seorang pengusaha yang baru percaya dan isterinya segera memberi respon, mereka berpikir bahwa mereka akan mendapat kesempatan untuk belajar lebih lagi tentang Allah. Pasangan itu memiliki pabrik mebel dan pada waktu saya menjadi tamu dirumah mereka, beberapa mesin yang digunakan untuk memasang kain pelapis, rusak. Para pekerjanya menjadi begitu keheranan karena majikkannya seminggu sebelumnya akan bersumpah serapah, sekarang meletakkan tangan ke mesin jahit itu dalam nama Yesus, dan mesin itu dapat digunakan. Pikiran saya terpesona. Orang-orang yang baru percaya ini menerima dengan begitu mudahnya.

Mengapa situasi ini menjadi skenario yang umum? Para orang percaya baru belum diberitahu tentang “peraturan” untuk mujizat. Seringkali mereka berdoa dengan berfokus pada Yesus saja yang dapat melakukan segala sesuatu. Kemudian suatu hari kami mengumumkan seminar tentang “Bagaimana Menerima Berkat Allah” dan kami mengajarkan “Tujuh Langkah Menuju Kemenangan” atau “Sepuluh Rahasia Menuju Terobosan Anda”. Kami membuat mujizat begitu rumit sehingga mereka merasa takut. Tiba-tiba mujizat itu tidak berpusat kepada Yesus --- ia telah menjadi suatu formula. Sering sekali formula itu semua hanya tentang kita, apa yang harus kita lakukan, berapa banyak kita harus menyembah, menengking setan, belajar, berpuasa, dan merenungkan Firman Allah. Sekarang orang yang baru percaya itu menyadari bahwa ia sama sekali tidak akan mendapatkan jawaban doanya. Bagaimanapun, ia tidak hidup menurut semua peraturan itu. Iman adalah pemberian Allah tetapi agama membuatnya menjadi suatu hasil dari apa yang kita kerjakan. Ini benar-benar berlawanan dengan pengajaran Rasul Paulus yng mengatakan bahwa iman tidak bekerja sejalan dengan usaha manusia.

APAKAH MUJIZAT TERJADI LEBIH MUDAH DI LUAR NEGERI ?

Seorang bertanya mengapa kelihatannya mujizat lebih mudah terjadi di luar negeri. Sebenarnya ini tidak ada hubungannya dengan “luar negeri”. Ini berhubungan dengan apakah orang-orang itu sudah berhadapan dengan hukum atau tidak. Lupakanlah mitos bahwa mujizat terjadi di luar negeri. Mujizat terjadi kepada orang-orang yang tidak berada di bawah kutuk pemikiran “sesuai dengan hukum.” Ya, dalam Festival Injil kami yang luar biasa kami sering melihat orang yang lumpuh berjalan, yang buta melihat, yang tuli mendengar, dan kami sudah melihat orang yang mati dibangkitkan. Mujizat ini terjadi ketika Yesus berkhotbah kepada orang banyak yang bukan Kristen. “Orang-orang yang tidak percaya” ini mendengar pesan bahwa Yesus bisa dan mau menolong mereka. Saya berbicara pada mereka, ”Jika anda tidak memiliki iman, atau jika iman anda kecil, tidak masalah, kita akan meminta Yesus untuk memberi anda iman.” Anda paham, kita berfokus pada Yesus dan Dia yang disalibkan. Ketika mereka percaya pada pengajaran yang berpusat pada Yesus, mujizat terjadi.

Beberapa orang mengira kami berkhotbah tentang kesembuhan dan mujizat. Sungguh, saya tidak melakukannya. Saya berkhotbah tentang Yesus sebagai kebenaran kita dan apa yang sudah Ia kerjakan, sesudah itu mujizat mengikuti. Ketika anda mengkhotbahkan tanda-tanda, keajaiban dan mujizat anda mungkin akan melihat hasilnya, tetapi ketika anda berkhotbah tentang Yesus kebenaran kita, tanda-tanda ajaib dan mujizat adalah hasil yang sudah dipastikan ketika iman datang kepada orang-orang yang mendengar Injil.

Mujizat yang sama juga terjadi pada orang-orang yang sudah menjadi Kristen sepanjang hidupnya; jika mereka rindu untuk datang kepada Allah tanpa tergantung pada usaha mereka sendiri. Masalahnya ketika orang Kristen mengharapkan Allah untuk menyembuhkan mereka karena kesetiaan dan kebaikan mereka sendiri. Tidak, kita semua datang kepada Allah seperti seorang anak kecil yang benar-benar tergantung pada orangtuanya.

APAKAH ANDA LAYAK?

Ketika orang meminta saya untuk berdoa, kadang-kadang mereka berkata,” Pendeta, saya memiliki iman yang besar.” seketika saya mengetahui bahwa tidak akan ada sesuatu yang terjadi. Pahamkah anda, biasanya orang yang berbicara dengan cara seperti ini mengira bahwa mereka memiliki iman berdasarkan kepada apa yang telah mereka lakukan. Mungkin mereka banyak berdoa, atau mendengarkan kaset khotbah tentang iman dan kesembuhan, atau membaca buku tentang itu. Iman yang sejati tidak pernah memandang kepada kemampuan kita; ia hanya memandang kepada Yesus. Iman yang memindahkan gunung tidak berhubungan dengan pengetahuan doktrin intelektual. Kita mungkin mengetahui tentang iman, mujizat dan kesembuhan, tetapi hal ini tidak menghasilkan iman.

Mungkin anda telah mengukur sendiri iman anda untuk melihat apakah anda layak untuk mendapatkan mujizat. Anda tidak akan pernah mengukur atau menilai. Lihat-lah pada Yesus yang sudah melayakkan anda. Anda dilayakkan bukan karena apa yang dapat anda lakukan, tetapi karena apa yang telah Ia kerjakan.

Salah satu mujizat yang paling terkenal yang tercatat dalam Alkitab adalah sembuhnya seorang buta yang bernama Bartimeus. Yesus berkata bahwa Bartimeus mempunyai iman, “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau !”(Markus 10 : 52). Baik sekali untuk dapat mengetahui bahwa seseorang memiliki iman, tetapi yang lebih penting; bagaimana ia mendapatkannya? Seseorang mungkin berpendapat bahwa Bartimeus sudah memiliki iman sebelum Yesus datang, tetapi ini tidak masuk akal. Jika ia memiliki iman ia pasti sudah disembuhkan karena iman pasti bekerja. Tetapi kita harus menyimpulkan bahwa sebelum Yesus datang ke tempat itu, Bartimeus tidak memiliki iman bahwa matanya akan terbuka. Semuanya dimulai ketika pengemis itu mendengar Yesus lewat. Bartimeus tidak mengucapkan kalimat positif seperti, ”Aku sudah sembuh, aku sudah sembuh, aku sudah sembuh,” atau ”aku bisa melihat, aku bisa melihat, aku bisa melihat,” Ia benar-benar terfokus kepada Yesus. Meskipun beberapa orang mengusirnya dan mengatakan bahwa tidak pantas baginya untuk berteriak dengan keras memanggil Yesus, ia terus memanggil Yesus dengan keras, ”Anak Daud, kasihanilah aku !”(Markus 10 : 48). Yesus menjawab Bartimeus,”Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” (Markus 10 : 51). Perhatikan, Yesus tidak mengatakan pada Bartimeus apa yang harus ia lakukan. Tetapi, Yesus mengatakan bahwa Ia akan melakukan sesuatu. Beberapa orang saat ini mungkin sudah mengatakan kepada Bartimeus untuk mematahkan roh ketakutan, intimidasi dan kebutaan dari hidupnya. Yang mungkin berpikir bahwa ia harus kembali kepada akar penyakit dan mematahkannya, atau beberapa latihan rohani yang harus sudah dilakukan Bartimeus. Ini benar-benar asing bagi “pendekatan kesembuhan” Yesus. Pertanyaan-Nya hanya,”Apa yang kau kehendaki Aku perbuat bagimu?” Jelas sekali Bartimeus tidak melakukan sesuatu untuk disembuhkan atau ia pasti sudah melakukannya. Kesembuhan yang akan terjadi benar-benar tergantung pada Yesus.

Yesus tidak pernah meletakkan beban yang berat pada orang yang sakit dan membutuhkan. Sebaliknya ia menolong orang yang terluka itu untuk memalingkan perhatian mereka dari ketidakmampuan mereka, kepada Yesus yang dapat melakukan sesuatu pada kondisi itu. Mungkin anda ingin mengangkat tangan dan memuji, mengucap syukur pada Yesus sekarang Ucapkanlah kata-kata,”Roh Kudus ungkapkanlah Yesus lebih dalam lagi padaku.” Ketika anda sungguh-sungguh berfokus pada Yesus iman-Nya mulai bertumbuh dalam diri anda.

BAB 6

IMAN ITU PENUH KETENANGAN

Iman itu mudah. Ia hanya menghasilkan dan bersandar pada kemampuan Yesus, Rasul Paulus bertanya kepada orang percaya di Galatia, ”Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang meng-anugerah-kan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?”(Galatia 3 : 5).

Taruhlah kata-kata ini dalam bahasa sehari-hari. Apakah anda menerima Roh Kudus dan apakah Allah melakukan mujizat diantara kamu dengan usaha dan perjuanganmu sendiri? Apakah itu terjadi karena engkau telah melakukan kewajiban agamamu dengan baik? Atau apakah berkat sorgawi ini datang karena kamu telah mendengar tentang Yesus dan kuasa-Nya?

Sebagai seorang percaya yang baru dan muda, saya mendengar bahwa langkah selanjutnya dari pertumbuhan rohani saya adalah menerima baptisan Roh Kudus. Sudah seharusnya saya ingin memajukan kehidupan yang baru saya temukan sebagai seorang percaya, dan saya mengira bahwa saya harus memiliki pengalaman dengan Roh Kudus. Saya menghabiskan waktu tiga minggu dalam camp pemuda dimana orang-orang disana mengatakan bahwa jika saya sungguh-sungguh menginginkan baptisan Roh Kudus maka saya harus menghadiri doa jam tujuh pagi.

Mereka adalah teman-teman Kristen saya yang sungguh baik dan menginginkan yang terbaik bagi saya. Mereka menekankan bahwa waktu doa ini hanya bagi mereka yang sungguh-sungguh meminta Roh Kudus. Saya berumur empat belas tahun dan doa yang dilakukan pagi-pagi sekali sama sekali bukan kebiasaan saya. Tapi saya bertekad untuk berusaha sebaik mungkin. Dengan mata yang pedas saya bangkit dari tempat tidur pada pukul tujuh kurang lima dan pergi ke kebaktian doa itu. Kami memohon kepada Allah, ”Allah, tolonglah kami, baptislah kami dengan Roh Kudus.” Jika ada orang yang menerima karena usaha kami sendiri, maka kami-lah orangnya. Sebenarnya, salah satu dari pemuda itu, Hans, yang menjadi pemimpin kebaktian doa ini adalah seorang pemuda teladan. Saya merasa bahwa saya tidak “sesuci” dia. Dia-lah orang yang membangunkan saya sehingga saya bisa datang tepat waktu. Jika ada orang yang harus mendapat baptisan Roh Kudus, maka Hans-lah orangnya. Ia memiliki saudara tiri yang benar-benar berlawanan sifatnya, yang bernama Steve. Steve belum diselamatkan, dan lebih jauh lagi ia adalah pembuat keributan nomor satu di camp pemuda ini. Jika ada suatu masalah, ada kelakar yang buruk, kami mengetahui bahwa Steve ada dibelakangnya.

Suatu malam pemuda pemberontak ini mondar-mandir di kebaktian malam kami. Kami tidak tahu apakah ia akan hadir atau tidak, meskipun peraturannya adalah semua peserta harus hadir. Steve menangis dan berteriak bahwa ia membutuhkan Yesus. Kami semua berpikir bahwa itu baik sekali. Kami tahu dia membutuhkan keselamatan mengingat “betapa besar dosanya.” Beberapa menit sesudah ia menerima Yesus sebagai Juru Selamat, ia dibaptis dengan Roh Kudus dengan cara berbahasa lidah. Ketika kami melihat hal ini, karena kami mengetahui betapa tidak kudusnya dia, kami merasa sedikit tidak yakin. Tetapi, kami berpikir, ”Tetapi Tuhan itu begitu baik jadi semua ini mungkin banar.” Kemudian dua puluh menit setelah kejadian ini kami mendengar suara Steve dari belakang mimbar menyampaikan pesan dengan bahasa lidah yang di dahului dengan “demikian dikatakan oleh Yesus.”

Jika anda tidak biasa dengan kejadian seperti ini, ini digambarkan dalam tulisan Paulus kepada orang Korintus. Sebuah pesan dalam bahasa lidah dan yang kemudian diterjemahkan adalah dua dari sembilan karunia Roh Kudus yang disebutkan disini. Steve memberikan pesan dengan bahasa Roh dan menafsirkannya, menyampaikan nubuat kepada kami yang merasa lebih baik dari dia. Kata-katanya begitu kuat dan meskipun kami merasa bahwa itu adalah perkataan Allah kami mengalami kesulitan untuk menerimanya. Apa urusan Allah untuk memakai pembuat onar seperti dia? Jika ada seseorang yang bernubuat seharusnya itu adalah salah satu dari kami yang telah menghadiri doa jam tujuh pagi. Kami telah memohon kepada Allah dan tidak menerima apapun. Apakah anda melihat bagaimana pikiran “sesuai dengan hukum” agamawi bekerja? Orang yang menghukum dan bersifat “sesuai dengan hukum” membenci pertolongan Allah yang bukan untuk kita, dihasilkan bukan oleh usaha kita, dan tidak layak kita terima. ”Bukankah steve perlu disucikan?” Anda mungkin bertanya demikian. Tentu saja, tetapi Allah tidak menerima mujizat karena perbuatan kita. Ia melakukannya dengan iman. Saya telah melihat skenario ini berulang ratusan kali. Orang yang terluka dan tidak berdaya-lah yang disentuh oleh Yesus.

Semua kebaikan Kristen, termasuk pengudusan dan kerendahan hati sangat penting. Kasih karunia Allah akan bekerja di dalam kita jika kita mengijinkannya menghasilkan kualitas ini. Tetapi, memiliki kebaikan Kristen tidak menghasilkan poin apa-pun untuk mendapatkan mujizat.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya ratusan orang menghampiri saya dan berkata, ”Pendeta, berdoalah bagi saya. Saya memiliki iman yang besar sekarang. Mintalah Allah untuk menyembuhkan saya.” Saya mungkin salah, mungkin saja saya lupa, tetapi saya tidak dapat mengingat satu orangpun yang menghampiri saya dan mengatakan berapa besar iman mereka yang benar-benar menerima mujizat. Iman bukan hal tentang kemampuan manusia, tetapi menghubungkan seseorang dengan Yesus. Orang yang berfokus pada iman jarang sekali menerimanya; mereka yang berfokus pada Yesus sudah menerima.

APAKAH ANDA SUDAH CUKUP BAIK ?

Inilah mengapa kisah tentang perempuan Kanaan dan perwira Roma sangat penting. Yesus menyebut mereka memiliki “iman yang luar biasa.” Mereka bahkan tidak mengetahui persyaratan untuk mendapatkan mujizat. Mereka bukanlah orang Yahudi yang belum diberitahu tentang hukum Musa. Semakin sedikit kita melihat diri sendiri dan semakin kita melihat pada Yesus, maka semakin besar iman yang datang. Iman tidak ada hubungannya dengan pencapaian dan kelayakan kita. Pertanyaan seperti “Apakah saya cukup baik?” “Apakah saya sudah memenuhi syarat?” membuat iman tidak menghasilkan apapun.

Iman berada didalam Yesus dan kemampuan-Nya. Itulah sebabnya mengapa kita sering melihat orang Islam, Budha, dan Hindu yang tahu sedikit sekali tentang Alkitab menerima mujizat yang luar biasa. Meskipun mereka belum pernah mendengar tentang kitab Kejadian atau surat kepada orang Roma dan Galatia, mereka menangkap kebenaran yang sederhana dari kasih Allah yang terpancar dari Yesus bagi mereka. Sekali orang berhubungan dengan Yesus, semua hal menjadi mungkin. Ketika kita melupakan diri sendiri dan memandang kepada Yesus Kristus kita menjadi tenang. Iman bukanlah peraturan yang menentukan apa yang harus kita lakukan. Ketika kita melihat Yesus sebagaimana luar biasanya Ia adalah ketika kita bersantai didalam-Nya. Ketika Yesus terlihat besar dalam mata rohani anda, secara otomatis anda akan berbicara secara positif, mengakui Firman Allah. Sebenarnya, anda tidak dapat berbicara secara negatif ketika anda melihat Yesus benar-benar luar biasa dan mengagumkan. Ini benar-benar berlawanan dengan tekanan untuk hidup sesuai yang diharapkan, seolah-olah Yesus adalah seorang pencatat skor yang menghitung poin yang anda kumpulkan jika anda cukup iman yang memungkinkan anda bisa mendapatkan jawaban bagi doa-doa anda.

Iman Peter Youngren tidak begitu baik; itulah sebabnya saya tersambung dengan iman Yesus. Jika itu terserah kepada iman orang yang sakit atau iman pengkhotbah, kita tidak memiliki banyak harapan. Kadang-kadang orang berkata kepada saya, “Peter, engkau benar-benar orang yang beriman.” Tentu saja, saya suka jika orang berkata yang baik tentang saya, tetapi dari diri saya sendiri saya bukan orang yang luar biasa dalam iman. Sejujurnya, dalam diri saya sendiri saya hanya memiliki sedikit iman atau tidak ada sama sekali, tetapi saya sudah mengalami ribuan kali ketika iman dan kuasa Yesus mengalir melalui saya. Karena Yesus hidup di dalam saya, saya memiliki akses penuh kepada iman-Nya. Saya menyerah kepada Yesus.

Berpura-pura beriman itu sangat berat. Jika seorang dokter memberikan diagnosa bahwa saya akan meninggal dunia dalam waktu 30 hari, pikiran saya memahami implikasi dari diagnosa itu. Kita tidak dapat mempengaruhi pikiran kita kedalam iman yang membawa mujizat; saya membutuhkan iman Anak Allah. Saya akan berkeinginan untuk berdoa, ”Tuhan, betapapun aku mencoba untuk percaya, betapapun aku mencoba memiliki wajah yang manis, aku tahu bahwa iman-Mu adalah satu-satunya iman yang bekerja. Yesus, aku hanya ingin mendekat pada-Mu. Biarlah Firman, iman, dan kuasa-Mu mengalir dalamku.”

YESUS TETAP TENANG

Ketika Yesus menenangkan badai yang mengamuk, semua murid-murid berada di geladak berteriak, “Kami binasa! Allah tolonglah kami!” Sementara itu Yesus sedang tertidur di ruang bawah kapal. Kita bisa saja dengan bodoh mencerca Yesus, ”Apakah Engkau tidak memiliki rasa tanggung jawab, Yesus?” Kapal ini hampir tenggelam dan Engkau hanya tidur saja?” Paling tidak murid-murid-Nya memiliki rasa tanggung jawab dan meminta pertolongan. Jika kita tidak mengetahuinya kita akan mengira bahwa murid-murid-lah yang memiliki iman. Jika Alkitab mengatakan bahwa ada tiga belas orang didalam kapal dan satu orang tertidur, maka kita akan mengira bahwa yang tidur itu adalah Yudas, atau Thomas atau mungkin Simon Petrus, tetapi bukan Yesus. Alkitab menceritakan dengan jelas bahwa pemimpin dan penyempurna iman kita tertidur diatas bantal. Tidak ada rasa panik dalam diri Yesus.

Ketika Yesus mendengar bahwa Lazarus hampir mati, kita membaca, ”Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, dimana Ia berada;”(Yohanes 11 : 6 ). Jika kita tidak mengetahui bahwa Yesus memang sengaja menunggu dua hari lagi maka kita akan mengira bahwa murid-murid-Nya-lah yang melakukannya. Mungkin saja Yudas atau Thomas yang membuat keterlambatan ini. Kita mungkin berpikir bahwa tindakkan tanggung jawab Yesus adalah untuk segera pergi kerumah Maria, Marta dan Lazarus, dan segera melakukan mujizat. Sekali lagi Yesus mencontohkan ketenangan. Ketika kita meninggikan-Nya , kita melihat betapa besarnya Dia dan kasih-Nya memnuhi hati kita dan kita akan menjadi tenang. Iman yang tenang ini menyebabkan tumor mencair, kaki yang terkilir, hernia, penyakit sendi, dan rasa nyeri disembuhkan

Yesus tetap renang dalam segala situasi. Pikirkanlah bagaimana memberi makan lima ribu orang .Meskipun Yesus tahu apa yang akan Ia lakukan, Ia bertanya kepada Filipus, ”Bagaimana menurutmu?” Yesus tidak berkata, ”Aku adalah Messias, Aku memiliki pewahyuan. Sebaiknya kalian mulai mengumpulkan keranjang-keranjang kosong atau mujizat ini tidak akan terjadi.”

Tidak, Yesus tetap tenang. Anda mungkin pernah mendengar khotbah yang berat tentang bagaimana anda harus menghasilkan iman. Mungkin bagi orang yang sehat tidak apa-apa, tetapi jika anda berada di ranjang kematian dan di bawa ke kebaktian penyembuhan dan ketika anda berada di sana mereka memberatkan anda dengan sederetan instruksi, ini lebih buruk dari rumah sakit. Ini bukanlah pelayanan Yesus. Karena Ia berkata, ”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.”(Matius 11 : 28-30).

Anda tidak perlu terlalu memikirkan tentang ukuran iman anda. Melainkan, ijinkanlah Yesus menjadi lebih besar dalam mata rohani anda. Apakah Yesus cukup besar untuk menyentuh keluarga anda? Untuk menghilangkan tumor anda? Cukup besar untuk masalah paru-paru, psoriasis (penyakit kulit yang kronis), eksim, migren anda? Apakah Yesus cukup besar untuk menyembuhkan kanker anda? Berapa besarnya Yesus anda? Jangan ada sesuatu antara anda dan Yesus, bahkan usaha anda untuk mendapatkan mujizat. Tenanglah di dalam Yesus.

SEMUA TENTANG YESUS SEKARANG

Sebelum kematian dan kebangkitan Yesus, ketika kita masih berada di bawah Perjanjian Lama, Yesus berulang kali mengatakan pada orang-orang,”Iman telah membuatmu penuh.” Tetapi kata-kata ini tidak lagi diucapkan ketika kita memasuki Perjanjian Baru sesudah kematian dan kebangkitan Yesus. Orang-orang percaya tidak lagi diberitahu, ”Mengapa engkau tidak memiliki iman?” Anda tidak dapat menjadi orang percaya yang lahir baru tanpa iman. Sekali anda menjadi orang percaya, pemimpin dan penyempurna iman kita tinggal di dalam anda.

Kata-kata ini “iman telah membuatmu penuh” tidak pernah dikatakan oleh Rasul Paulus, Yohanes atau Petrus ketika Yesus telah menyelesaikan pekerjaan-Nya melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Tetapi Simon Petrus melihat kepada Eneas yang lumpuh dan berkata,”Yesus menyembuhkanmu.” Filipus pergi ke Samaria dan “berkhotbah tentang Yesus kepada mereka.” Paulus berkhotbah,”Aku memberitakan hanya Yesus saya dan Dia yang disalibkan.” Semua pesan dan operasi mujizat terpusat kepada Yesus. Roh Kudus memuliakan Yesus. Ketika kita memfokuskan diri pada Yesus, apa yang telah Ia lakukan dan mampu lakukan, Roh Kudus bekerja di dalam kita. Ketika anda menerima kesembuhan yang anda butuhkan ketika membaca halaman-halaman buku ini, jangan katakan,”Pelayanan Peter Youngren benar-banar berkuasa.” Tidak, kami tidak ingin meninggikan pelayanan; kami hanya ingin meninggikan Yesus. Saya sudah terlalu banyak mendengar pernyataan seperti, ”Saya memiliki pelayanan untuk masalah punggung; saya memiliki pelayanan untuk telinga yang tuli; saya memiliki pelayanan untuk kesembuhan penyakit perut.” sekarang saatnya kita berkata, Saya memiliki Yesus dan Dia saja sudah cukup untuk semua.” Dengan cara ini kita tidak perlu mencari kesembuhan atau orang yang diurapi secara khusus, tetapi sasaran pengejaran kita adalah Sang Penyembuh. Jika tidak ada sesuatu yang terjadi ketika kita pertama kali berdoa, terus mendekat kepada Yesus dan Firman-Nya. Kita jangan menyalahkan diri sendiri atau orang lain, tetapi mintalah Roh Kudus untuk memberikan pewahyuan yang lebih jelas tentang Yesus.

Surat Ibrani berkata,”Sebab barang siapa telah masuk ketempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya.”(Ibrani 4 : 10 ). Apakah anda memperhatikan hal itu? Yang lain akan datang ketika kita berhenti melakukan segala pekerjaan kita. Ketika kita berhenti untuk memiliki iman atau memperoleh mujizat kita bisa masuk ke dalam perhentian di dalam kuasa dan kasih Yesus.

BAB 7

IMAN DI UJUNG JALAN

Iman mengalir dengan bebas ketika kita “bukan apa-apa,” Ketika kita bukan “apa-apa” maka Yesus adalah segalanya. Semakin kita bukan “apa-apa”, semakin banyak iman dinyatakan.

Kadang kala orang percaya menikmati banyak kemenangan dan berkat berulangkali. Ketika kita mulai melayani Allah kehidupan kita menjadi lebih baik. Mungkin kita mendapat promosi dalam pekerjaan, atau kondisi keuangan kita membaik; mungkin kita menerima satu atau beberapa jawaban yang indah dari doa-doa kita. Sejalan dengan berlalunya waktu kita tergoda untuk merasa tidak terkalahkan. Inilah sebabnya mengapa Kitab Suci mendorong kita, ”Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”(1 Korintus 10 : 12). Allah tidak ingin kita “jatuh” tetapi kadang-kadang hanya ketika orang yang sudah mengalami kegagalan sehingga perkataan Yesus, “tanpa Aku engkau tidak dapat berbuat apa-apa,” menjadi kenyataan.

Salah satu penemuan kehidupan adalah bahwa tanpa Yesus kita sungguh-sungguh bukan apa-apa Hanyalah “bersama Allah,” maka “semua hal menjadi mungkin.” Perbedaan ini memang benar, dengan manusia “mustahil.” Ketika kita tergantung pada kekuatan dan kemampuan manusia, situasi ini menjadi tidak mungkin. Ketika ketidakberdayaan dan ketiadaan manusia menjadi jelas bagi kita, kita akan menemukan Yesus menjadi segala yang kita butuhkan.

Salah satu persamaan antara perwira Roma dan perempuan Kanaan, mereka yang memiliki “iman yang luar biasa,” adalah mereka berada di ujung keputusasaan.

Contoh ini diberikan berkali-kali di dalam Alkitab. Elia dipenuhi ketakutan; ia ingin mati karena mendengar ancaman ratu Izebel. Pada titik terrendah itu ia bertemu Allah dan berjalan selama empat puluh hari dengan kekuatan dari malaikat yang diutus Allah. Yosua duduk tertunduk dengan wajah diantara lututnya, posisi tidak berdaya, ketika ia melihat “Panglima bala tentara Allah,” Malaikat ini merubah segalanya, Yosua bersama orang-orang Israel, berjalan mengelilingi tembok Yerikho hingga tembok itu runtuh dan rata dengan tanah. Yusuf berada di jurang keputusasaan di penjara bawah tanah, pada titik akhir harapan pada dirinya sendiri, ketika Allah meninggikannya di negeri Mesir. Simon Petrus menyangkal Yesus dengan perkataannya. Dalam keputusasaannya, ia berjumpa dengan Roh Kudus dan ketika ia berkhotbah tiga ribu orang diselamatkan. Kepala keluarga Yakub meminta berkat Allah, tetapi ia harus terluka pangkal pahanya dan pincang sebelum berkat itu datang. Ia harus benar-benar kehabisan daya dan upaya. Selama kita berpikir atau percaya pada diri kita sendiri sebaik orang Kristen yang cukup baik, yang memiliki kehidupan yang lebih baik dibanding dengan orang lain, kita akan berakhir dengan tangan kosong. Kebenarannya adalah kita semua merupakan kegagalan yang menyedihkan tanpa Yesus. Melihat ketidakberdayaan dan keputusasaan kita tanpa Yesus membuat Yesus mendapat tempat untuk menjadi sumber kita, segalanya bagi kita.

EL SHADDAI

Abraham mengalami kebenaran ini, Allah telah menjanjikan seorang anak padanya, tetapi Abraham terus berjuang dengan imannya sepanjang waktu. Setiap kali Allah mengunjunginya, Abraham akan kesedihan yang mendalam tentang imannya. Ia mencoba untuk membujuk Allah bahwa Eleazar, kepala pelayan di rumahnya, akan menjadi anak yang dijanjikan itu.

Kemudian Abraham dan Sara sepakat bahwa janji Allah akan digenapi jika Abraham memiliki anak dengan Hagar si pelayan itu. Allah menyayangi dan memberkati Ismail, yang datang melalui hubungan Abraham dan Hagar, tetapi Allah tidak akan membiarkannya menjadi anak yang dijanjikan itu. Perjuangan Abraham berlanjut hingga paling tidak dua puluh lima tahun. Mengapa Ishak tidak lahir ketika Abraham berusia tujuh puluh lima tahun dan Sara enam puluh lima tahun? Apakah itu karena mereka berdua harus benar-benar merasa tidak berdaya dahulu?

Haruskah mereka mencapai usia yang benar-benar tidak memungkinkan untuk memiliki anak menurut segala pikiran manusia? Itu harus menjadi sesuatu yang tidak mungkin? Kita membaca, ”Ketika Abraham berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abraham dan berfirman kepadanya, ”Akulah Allah Yang Mahakuasa (El Shaddai), hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.”(Kejadian 17 : 1).

Abraham mencoba hidup dengan “tidak bercela.” Orang-orang disekelilingnya mengetahui bahwa ia akan mendapatkan anak dari Sara, dan kelihatannya janji itu tidak akan pernah dipenuhi. Tentu saja ia terlihat seperti orang bodoh. Abraham mencoba menggenapi janji itu dengan kekuatannya sendiri, tetapi akibatnya merupakan kebalikkannya.

Allah berkata, ” Akulah El Shaddai,” El berarti “Allah,” dan Shaddai diterjemahkan “Maha Kuasa.” Bahasa Ibrani “shad” berarti payudara wanita. Beberapa orang telah menterjemahkan demikian, “Aku adalah Allah payudara wanita,” Gambaran dari Allah adalah sebagai penopang kita atau orang yang memberi makan, sebagaimana payudara wanita memberi makan kepada bayi yang baru lahir. Allah berkata, ”Abraham, ambillah dari pada-Ku segala yang engkau butuhkan. Aku-lah kekuatanmu, penopangmu, pemeliharamu, pemberi hidupmu, melekatlah kepada-Ku.” Pesan ini bergema keras dihati Abraham, ”Engkau telah berusaha dengan kekuatanmu sendiri untuk menjadi orang yang tidak bercela dan untuk membuat mujizat ini terjadi. Sekarang melekatlah pada El Shaddai, Allah Yang Maha Kuasa. Bersukacitalah didalam Dia; biarlah Allah menjadi segala yang engkau butuhkan.”

Anda hanya akan menemukan iman yang sesungguhnya dalam hubungan yang dekat dengan Allah. Tidak ada iman yang sejati di luar Yesus Sendiri. Betapapun kerasnya Abraham berusaha, melawan, berjuang supaya mujizat itu terjadi, ia menemukan kegagalan. Ia harus mempelajari pelajaran yang harus kita semua pelajari; pengharapan pengharapan kita hanyalah Yesus, Yesus berkata, ”Tanpa Aku engkau tidak akan dapat berbuat apa-apa.” tetapi ketika Ia menjadi kehidupan kita, tidak ada sesuatu yang mustahil. Melekat-lah pada Yesus, seperti seorang bayi melekat pada ibunya. Biarlah Yesus menjadi penopang dan pemelihara kita.

TIDAK ADA LAGI KERAGUAN

Yesus melihat sebatang pohon ara di pinggir jalan. Pohon itu tidak berbuah, ini tidak mengherankan karena saat itu bukan musim buah ara. Yesus mengutuk pohon ara itu, keesokkan harinya ketika murid-murid-Nya melewati pohon yang sama pohon itu menjadi kering dan layu. Mereka memperhatikan itu dengan penuh keheranan.

Yesus menggunakan kejadian itu untuk mengajar murid-murid-Nya untuk “memiliki iman Allah.” Kita membaca, ”Yesus menjawab mereka:”Percayalah kepada Allah!”(Markus 11 : 22).

Secara literal terjemahannya seperti ini, “Kalian harus memiliki iman dari Allah.” atau “Milikilah iman dari Allah.” Yesus memperjelas hal ini kepada para murid-Nya untuk melihat keajaiban ini percaya secara mental tidaklah cukup; hanya iman dari Allah yang membuatnya mungkin terjadi.

Kemudian Ia menerangkan bagaimana cara iman dari Allah bekerja, ”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah kedalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu; apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”(Markus 11 : 23-24).

Ketika iman Allah bekerja tidak ada “keraguan” dalam hati kita. Kita percaya apa yang kita ucapkan. Secara manusia ini tidak mungkin. Jika tubuh anda terluka, jika dokter mendiagnosa penyakit serius dalam tubuh anda, anda bisa mengatakan pada pikiran anda, ”Aku percaya, aku percaya.” Anda bisa berdoa, tetapi tetap saja ada sesuatu yang masih mengganjal di hati, “Bagaimana kalau saya tidak disembuhkan?” ini manusiawi, dan kita semua mengalaminya. Yesus memberitahu kita tentang iman dimana tidak ada lagi keraguan di dalam hati anda.

Banyak orang merasa kecewa ketika mereka membaca “perkataan” Yesus, “Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”(Markus 11 : 24). Mereka menulisi kata-kata itu, mengatakan bahwa ini tidak berlaku bagi mereka. Hal ini tidak akan berguna jika kita mencoba untuk membuatnya terjadi melalui percaya secara mental, ia hanya berguna jika melalui iman dari Allah.

SEORANG WANITA BAPTIS MENDAPATKANNYA

Jauh sebelum saya mengerti kebenaran ini dalam Kitab Suci, saya telah melihatnya bekerja. Pada saat itu saya adalah seorang pengkhotbah yang masih sangat muda yang mengadakan kebaktian kebangunan rohani di sebuah gereja kecil di Kanada bagian utara. Seorang wanita baptis yang cacat datang menghadiri kebaktian itu. Saya kira ia memang tertarik dengan khotbah saya, tetapi ia juga sangat argumentatif. Ia hanya dapat bergerak dengan hati-hati ketika bersandar pada alat penyangga untuk berjalan. Setiap habis kebaktian ia selalu menghampiri saya dan menanyakan tentang penyembuhan. Saya menerangkan padanya bahwa Tuhan berkehendak untuk menyembuhkan, dan ia akan membantah hal ini. Pada malam yang lain saya akan menerangkan padanya bagaimana Yesus telah menanggung setiap penyakit dan membawa rasa sakit itu di kayu salib, tetapi ia lagi-lagi membantah hal ini dan memberikan sanggahan dari pandangan teologisnya. Suatu malam ketika kehadiran Yesus menguasai kebaktian itu. Wanita Baptis itu berjalan tertatih-tatih ke depan auditorium, matanya terbuka lebar, bersandar pada penyangganya. Semua orang begitu terbawa pada kehadiran Yesus dan menyembah-Nya. Saya lupa untuk memperhatikan wanita itu karena saya juga begitu menikmati kehadiran Yesus dan menyatakan kasih saya pada-Nya. Ketika akhirnya saya membuka mata saya melihat wanita ini ada di belakang auditorium, memuji dan menyembah Allah dengan tangannya terangkat keatas. Ini berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya ia membuka mata dan pandangan keheranan terpancar diwajahnya. Saya memastikan bahwa ia sedang memikirkn penyangganya, ”Dimana penyangga saya?” Ternyata penyangganya masih ada di depan auditorium. Sekarang ingatlah bahwa beberapa tahun sebelumnya ia tidak dapat bergerak tanpa penyangga ini. Ketika kehadiran Yesus memenuhi ruangan itu ia melupakan penyangganya dan bergerak ke belakang auditorium. Ia disembuhkan ketika ia bahkan tidak memikirkan atau mencarinya, hanya dengan kegembiraan atas kehadiran Yesus. Ia datang untuk disembuhkan, tetapi ia malah bertemu dengan Sang Penyembuh.

Apakah anda melihat bahwa keraguannya hilang dalam kehadiran Yesus? Ketika kasih dan iman-Nya memenuhi hatinya, maka pendapat teologis tidak lagi diperlukan.

Dia percaya tanpa keraguan dan mujizat terjadi.

Pikirkan baik-baik hal-hal yang sederhana dan membebaskan yang saya tulis sebelumnya.

Pernyataan-pernyataan ini mungkin mengejutkan dan membalikkan apa yang pernah anda dengar sebelumnya, tetapi pernyataan-pernyataan ini membawa kebebasan dan membuka pintu lebar-lebar bagi iman Yesus dan kuasa penyembuhan untuk mengalir:

  1. Iman dari orang yang sakit dan yang membutuhkan tidak-lah cukup.
  2. Iman dari orang yang mendoakan tidak-lah cukup;
  3. Iman yang cukup adalah iman Yesus;
  4. Ketika iman Yesus menjadi iman kita, kita memiliki iman yang memindahkan gunung.
  5. Tugas kita adalah untuk menghubungkan orang-orang dengan Yesus.

Anda dapat berhubungan dengan Yesus. Ia siap menyentuh, mengangkat dan memberkati anda. Kehadiran-Nya sudah tersedia dimanapun anda membaca perkataan ini. Mulailah menyembah-Nya dan naikkan ucapan syukur sekarang. Ia adalah El Shaddai anda. Panggillah Dia; Ia akan menjawab anda.

Ungkapan dalam Ibrani 12 : 2 sangat indah,”.....dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan....” Kita tidak melihat Yesus, yang menunjukkan bahwa Ia ada dikejauhan. Tetapi kita melihat dengan mata yang tertuju kepada Yesus. Ini bahwa Ia ada disini. Kita seperti seorang bayi yang menatap ibunya, mengambil kekuatan dari payudara ibu. Yesus adalah kehidupan kita, dan ketika kita berdoa hidup-Nya-lah yang kita terima. Ini lebih besar dari mujizat; ini adalah Yesus sendiri; yang menjadi sumber segala mujizat, tinggal didalam kita.

DOA

“Allah, aku datang kepada-Mu hanya dengan percaya pada apa yang Yesus perbuat padaku. Yesus, aku percaya Engkau menghapus dosa-dosaku dengan kematian-Mu di kayu salib. Aku percaya Engkau terluka bagi dosaku dan Engkau menanggung penyakit-ku dalam tubuh_mu di kayu salib. Yesus, oleh bilur-bilur-Mu aku sudah disembuhkan. Terima kasih karena Engkau adalah sumber dari segala yang aku perlukan. Roh Kudus ungkapkanlah Yesus padaku lebih lagi. Biarlah Yesus menjadi begitu luar biasa dalam setiap keadaan, situasi atau penyakit akan terlihat lemah.

Terima kasih Yesus, untuk kuasa dan kehidupan mujizat yang mengalir di dalam-ku. Aku berjanji untuk memberi segala pujian hanya bagi-Mu atas semua yang telah Engkau kerjakan. Terimakasih, Yesus, Amin .”