By: Gro | Hot News | 11 Mei 2010, 08:52:12 | Dibaca: 507 kali
Jakarta, Bahana
Alkitab merupakan kumpulan tulisan yang sangat bersejarah bagi umat Kristiani. Pada hakikatnya Alkitab ditulis oleh manusia-manusia biasa dalam dinamika sejarah dan budaya. Dengan iman, umat Kristen mengamini bahwa isi dari Alkitab merupakan firman Tuhan yang hidup. Penegasan ini disampaikan Prof. Craig A. Evans, penulis buku Merekayasa Yesus dalam Seminar Dead Sea Scrolls, di Jakarta (13/3) yang diselenggarakan Perkantas.
Tema yang diusung adalah Naskah Laut Mati dan Kesahihan Alkitab. Tujuannya untuk menepis keraguan umat Kristen akan keakuratan isi Alkitab yang digunakan sekarang. Penemuan naskah Laut Mati ini menjadi kehebohan karena naskah ini diakui sebagai isi sebenarnya dari Alkitab. Apalagi ada beberapa peneliti yang mengungkapkan bahwa isinya berbeda dari Alkitab (perjanjian lama) yang ada sekarang. Artinya banyak isi Perjanjian Lama yang telah mengalami perubahan.
Penemuan gulungan naskah berikutnya di gua-gua sekitar Laut Mati sejak tahun 1947 menyebabkan dunia dilanda demam Dead Sea Scrolls (DSS). Tidak berlebihan jika penemuan DSS diakui sebagai penemuan manuskrip terbesar pada masa modern. “Kami mendatangkan Prof. Craig karena dia adalah seorang ahli yang mendalami betul tentang penemuan gulungan Laut Mati itu. Dari hasil risetnya, dia menemukan bahwa gulungan laut mati berisi Alkitab dalam Perjanjian Lama. Dan ternyata setelah membandingkan dengan Alkitab, isi gulungan Laut Mati itu 99% sama,” ujar Ketua Harian Perkantas, Ir. Yosawat Wiguna.
Hingga kini tidak sedikit orang yang mempertanyakan asal-usul gulungan-gulungan naskah tersebut serta dampaknya terhadap keyakinan gereja akan keaslian teks Alkitab. Benarkah ada informasi yang berbahaya bagi pemahaman kita tentang Alkitab dan iman Kristen? Benarkah terjemahan-terjemahan Alkitab selama ini tidak lagi dapat dipercaya karena teks-teks yang menjadi dasar penerjemahannya mengandung banyak kekeliruan, bahkan kesalahan fatal bila dibandingkan dengan DSS?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut terlontar juga dalam seminar yang diperuntukkan bagi kalangan akademisi (11-12/3) di City Walk, Jakarta. “Setelah diteliti selama beberapa puluh tahun, ternyata naskah kitab Perjanjian Lama yang ditemukan di antara DSS telah membuktikan akurasi penyalinan kitab tersebut sedangkan naskah DSS lainnya memberikan informasi yang membantu ketepatan penerjemahan Alkitab,” tegas Craig yang kemudian melanjutkan seminar serupa di Surabaya.
Untuk menguatkan iman Kristen, Craig dalam buku terbarunya, Hari-Hari Terakhir Yesus, menjelaskan kondisi terakhir Yesus hingga kebangkitannya. Situasi hari terakhir Yesus merupakan kondisi Yesus yang sering dijadikan cara untuk menggoyahkan iman Kristen oleh orang yang tidak menyukai kekristenan.
“Jadi penyelenggaraan seminar ini sebagai bentuk bantahan kami (Perkantas) terhadap buku-buku terbitan yang mendukung keberadaan Yesus yang tidak sesuai dengan isi Alkitab,” ujar Yosawat.
Sumber: Majalah Bahana, Mei 2010