Jumat, 22 Oktober 2010

Pameran Gulungan Laut Mati Dibuka di Singapura

Pameran Gulungan Laut Mati Dibuka di Singapura

Edmond Chua
Koresponden Kristiani Pos

Posted: Aug. 28, 2009 16:16:21 WIB

"Gulungan Holocaust" dipajang di pameran Gulungan Laut Mati yang diadakan di The Arts House, Singapura. (Foto: CP Singapore)

Sebuah pameran bersejarah menampilkan Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls) dibuka Rabu di The Arts House di Singapura. Ini pertama kalinya Gulungan, yang disebut sebagai penemuan arkeologi paling penting dalam sejarah manusia itu, ditampilkan di Asia.

Selain Gulungan, artefak antik yang melengkapi - seawal 5.000 tahun sebelumnya - dan berbagai tahapan penting selama pengembangan tulisan juga ditampilkan. Dibagi menjadi tiga segmen, pameran mengajak pengunjung ke pra-sejarah modern dimana simbol digunakan, sampai ke era transmisi pencetakan naskah ke transmisi elektronik.

Fitur acara menampilkan tablet dari garis hidup Abraham, menunjukkan bagaimana orang dulu berhitung dan menyampaikan informasi lainnya dengan bahasa simbol yang terbatas.

Tiga dari empat fragmen yang ditampilkan adalah fragmen biblikal terawal, sekitar 100 SM. Gulungan Laut Mati, sepertiganya adalah Perjanjian Lama, adalah bukti ketepatan yang luar biasa dimana Alkitab telah dicetak berulangkali selama berabad-abad sejarah manusia.

Alkitab antik dalam bahasa Yunani, Ibrani dan Inggris dari abad ke-15 dan 16 juga ditampilkan. Selain itu ada Kitab Gutenberg 1455 asli, buku pertama dan yang paling berharga yang pernah dicetak, dan terobosan Perjanjian Baru Erasmus dalam bahasa Yunani dan Latin, terjemahan Yunani Perjanjian Baru pertama, sebuah terjemahan Latin yang penting, dan sumber teks yang digunakan oleh Reformator Protestan Martin Luther.

Sorotan lain adalah Alkitab Reformasi Martin Luther dalam bahasa Jerman, edisi pertama Alkitab Jenewa, Alkitab pertama yang dicetak dalam bahasa Inggris dan edisi pertama, cetakan pertama Alkitab King James.

Pameran itu juga menampilkan buku-buku langka dan Gulungan reformator John Calvin, Martin Luther, William Tyndale, dan John Wycliffe.

"Gulungan Holocaust" yang berusia 430 tahun juga ditampilkan pertama kali untuk pameran tersebut, menurut Dr Joel Lampe.

Kurator Museum Alkitab berharap pameran itu, yang tidak seperti biasanya mencakup berbagai kerangka waktu, akan mendorong orang untuk "mengeksplorasi hal-hal yang mereka tidak pernah pikirkan."

Bagu Dr Lampe, 110 artefak yang ada mengkonfirmasi bahwa satu hal akan pernah berubah, dan akan selalu dapat dipercaya: Tuhan.

"Begitu banyak yang akan Anda lihat adalah Dia," katanya, pada acara pembukaan.

"Ini adalah kisah-Nya," katanya.

Gulungan Laut Mati, eksis dalam fragmen dan tidak dalam satu gulungan dan harus direkonstruksi oleh tes DNA untuk mencocokkan potongan-potongan fragmen kulit binatang. Proses yang sangat menegangkan dan melelahkan dilakukan akademisi di Yerusalem dan tempat lain lebih dari 60 tahun untuk benar-benar menyimpulkan lebih dari 20.000 potongan dari 800 gulungan lebih.

Fragmen-fragmen itu dibeli dari kolektor pribadi. 100 fragmen lain masih di tangan pribadi; sehingga sebagian upaya adalah berusaha menemukan, membeli dan mengembalikan fragmen-fragmen ini ke dalam domain publik.

Panitia memperkirakan pameran tersebut akan dihadiri 50.000 orang. Pameran terbuka untuk umum dan akan berlangsung sampai tanggal 20 September.

Tidak ada komentar: